Ini Alasan Polisi Gunakan Gas Air Mata di Kanjuruhan

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 3 Oktober 2022 09:11 WIB
Jakarta, MI - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, membeberkan alasan polisi menggunakan gas air mata, lantaran penonton mengejar pemain sepak bola. Mahfud menyebut sekitar 2.000 orang turun untuk mengejar para pemain. Sasarannya adalah para pemain Arema dan Persebaya yang tengah bertanding. Karena itu, polisi pun menembakkan gas air mata agar situasi kembali kondusif. Lebih lanjut, Mahfud mengatakan, tindakan aparat di Magelang tersebut akan menjadi evaluasi ke depannya. "Yang jangka panjang, kita evaluasi dalam peristiwa ini, sesungguhnya di balik ini ada apa," ujarnya. Sementara itu, Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta mengatakan aparat akhirnya menggunakan gas air mata lantaran tindakan penonton anarkis dan dianggap dapat membahayakan keselamatan. "Karena gas air mata itu, mereka pergi ke luar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen," ujar Nico, Minggu (2/10). Adapun penggunaan gas air mata di dalam stadion telah dilarang berdasarkan ketentuan FIFA Stadium Safety and Security Regulations pada Bab III Pasal 19 tentang pengawasan penonton. Diketahui, kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu (1/10) malam. Sebanyak 125 orang dilaporkan meninggal dunia. Kericuhan tersebut terjadi saat para suporter menyerbu lapangan, usai tim Arema FC kalah melawan Persebaya dengan skor 2-3. Akibat banyaknya suporter yang menyerbu lapangan sehingga aparat kepolisian merespons dengan cara menghalau dan menembakkan gas air mata. Beberapa kali gas air mata ditembakkan ke arah tribun. Namun tak di sangka tembakan gas air mata tersebut pun membuat para suporter panik, berlarian sehingga terinjak-injak dan tewas.