Kemenkes: Penderita Sifilis Meningkat 70 Persen dalam 5 Tahun Terakhir

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 9 Mei 2023 09:12 WIB
Jakarta, MI - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan jumlah orang yang menderita penyakit sifilis mengalami peningkatan hampir 70 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Dari data yang ada, pada tahun 2018 jumlah orang yang menderita sifilis berjumlah 12.484. Jumlah itu kemungkinan terus mengalami peningkatan. Hingga pada 2022 lalu, jumlahnya mencapai 20.783 kasus. "Jadi pasien yang ditemukan setiap tahunnya terus bertambah, sampai sekarang mengalami lonjakan hingga 70 persen," kata Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam konferensi pers secara daring, Senin (8/5). Menurutnya, salah satu penyebab peningkatan kasus adanya perilaku seks berisiko yang dilakukan orang tua, misalnya melalui seks oral atau seks anal. “Perilaku seks yang berisiko ini sangat mungkin untuk mencederai hak anak dan mengancam kelangsungan hidupnya karena bisa menimbulkan kecacatan,” kata Syahril. Dalam data Kemenkes, perilaku seks yang berisiko itu kemudian membuka potensi ibu menularkan sifilis kepada anaknya. Disebutkan persentase terjadinya abortus, bayi lahir mati atau bayi mengalami sifilis kongenital akibat penularan mencapai 69 hingga 80 persen. Syahril pun menyayangkan rendahnya jumlah ibu hamil yang menjalankan pengobatan setelah mengetahui terpapar sifilis. Kurang lebih hanya ada 40 persen yang menjalani pengobatan. Sedangkan 60 persen lainnya tidak mendapatkan pengobatan sehingga berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan. Menurut Syahril, rendahnya pengobatan ibu hamil yang menderita sifilis dikarenakan masih adanya stigma di masyarakat. “Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan hanya sebanyak 25 persen ibu hamil yang di skrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil akhirnya 5.590 ibu hamil positif sifilis,” kata Syahril.

Topik:

Kemenkes Sifilis