AHY Sebut Ada Gerakan Kudeta di Partai Demokrat, NasDem: Itu Halusinasi

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 1 Februari 2021 19:30 WIB
Monitorindonesia.com - Partai NasDem menyatakan Ketum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sedang berhalusinasi. Hal ini dikatakan menanggapi pernyataan AHY yang menyebut ada gerakan upaya pengambilalihkan paksa atau kudeta Partai Demokrat yang melibatkan pejabat lingkar Presiden Jokowi. "Itu halusinasi itu, itu halusinasi, tuduhan nggak mendasar, apa sih kepentingan Pak Jokowi untuk ambil alih Demokrat, sedangkan hari ini partai koalisi Pak Jokowi sudah 80 persen," kata Waketum Partai NasDem Ahmad Ali kepada wartawan, Senin (1/2/2021). "Kepentingan Pak Jokowi kan hanya mengamankan kebijakan dia di DPR kan, saat ini sudah ada 80% partai di barisan Pak Jokowi, jadi untuk apalagi untuk mengambil alih Demokrat, itu sangat tidak masuk akal," lanjutnya. Ali menilai pernyataan AHY itu seolah-olah menjadi playing victim untuk menarik simpati. Ali menyarankan agar Demokrat berkonsolidasi sehingga menjadi solid. "Iya seakan-akan play victim dizalimi untuk menarik simpati ke yang lain, sudahlah, berhentilah, untuk berbuat hal-hal seperti itu, kita berharap Demokrat semakin solid ke depan untuk membantu demokrasi. Konsolidasilah Demokrat," ujarnya. Lebih lanjut, terkait AHY yang menyurati Jokowi secara langsung, Ali menilai tidak ada kepentingan Jokowi membalasnya. Dia menegaskan tidak ada gerakan mengambil alih Demokrat. "Apa urusannya Pak Jokowi, jelasin itu, nggak ada gerakan-gerakan itu, bilang saja kalo masuk koalisi, nggak usah ada framing-framing begitu," tuturnya. Sebelumnya, AHY mengaku telah mengumpulkan sejumlah elite Demokrat. AHY lalu membeberkan adanya gerakan mengambil alih Demokrat. "Para pimpinan dan kader Demokrat yang melapor kepada kami tersebut, merasa tidak nyaman dan bahkan menolak ketika dihubungi dan diajak untuk melakukan penggantian Ketum Partai Demokrat," kata AHY dalam konferensi pers di DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi, Jakpus, Senin (1/2/2021). Menurut AHY, ajakan dan komunikasi itu dilakukan dengan paksa lewat telepon maupun pertemuan langsung. 'Kudeta' itu disebut akan menjadi jalan menjadi capres di Pemilu 2024. "Ajakan dan permintaan dukungan untuk mengganti 'dengan paksa' Ketum PD tersebut, dilakukan baik melalui telepon maupun pertemuan langsung. Dalam komunikasi mereka, pengambilalihan posisi Ketum PD, akan dijadikan jalan atau kendaraan bagi yang bersangkutan, sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024 mendatang. Konsep dan rencana yang dipilih para pelaku untuk mengganti dengan paksa Ketum PD yang sah, adalah dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB)," paparnya. Menurut AHY, 'kudeta' Partai Demokrat ini berawal sejak 10 hari lalu. Dia menyebut ada 5 pelaku gerakan yang berlatarbelakang Partai Demokrat dan 1 orang yang nonkader. "Gabungan dari pelaku gerakan ini ada 5 orang terdiri dari 1 kader Demokrat aktif, 1 kader yang sudah 6 tahun tidak aktif, 1 mantan kader yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai, karena menjalani hukuman akibat korupsi, dan 1 mantan kader yang telah keluar dari partai 3 tahun yang lalu," papar AHY. "Sedangkan yang non kader partai adalah seorang pejabat tinggi pemerintahan, yang sekali lagi, sedang kami mintakan konfirmasi dan klarifikasi kepada Presiden Joko Widodo," lanjutnya.   [prs]

Topik:

Agus Harimurti Yudhoyono AHY kudeta demokrat Ahmad Ali Nasdem