Sabam Sirait, Setia Sampai Akhir Hayat Tegakkan Demokrasi di Tanah Air

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 10 Desember 2021 17:20 WIB
Monitorindonesia.com - Warisan perjuangan yang dibaktikan Sabam Sirait seumur hidupnya bagi tegaknya demokrasi di Indonesia, sangatlah patut diganjar dengan sebuah penghargaan berupa gelar "Pahlawan Demokrasi Indonesia". Saat ini sejumlah pihak pun mengusulkan agar pada nama lengkapnya, Sabam Panangian Gunung Sirait disematkan sebuah gelar yang memang sagat layak ia sandang, Pahlawan Nasional. Ketua Umum Pengusulan Sabam Sirait menjadi Pahlawan Nasional Republik Indonesia, RE Nainggolan mengakui perjuangan Sabam sangat luar biasa bagi bangsa ini. "Pengusulan (Sabam Sirait jadi Pahlawan Nasional) muncul dari semangat kita bersama," ujar RE Nainggolan, Jumat (10/12/2021). Pengusulan nama Sabam Sirait menjadi Pahlawan Nasional, ditegaskan RE Nainggolan, sama sekali tidak ada kaitannya dengan urausan kekeluargaan. "Ini muncul dari hati kami yang paling dalam," ujar RE Nainggolan. Menurutnya, dengan konsistensi dan integritas Sabam yang terus berjuang bagi demokrasi di Indonesia adalah satu-satunya alasan mengapa Sabam layak digelari Pahlawan Demokrasi. "Kita berdoa dan berjuang agar Sabam Sirait menjadi Pahlawan Nasional," pungkas RE Nainggolan. Dalam Seminar Pengusulan Sabam Sirait menjadi Pahlawan Nasional Republik Indonesia di Sapadia Hotel, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Selasa (7/12), Ketua Pelaksana Seminar, John Eron Lumban Gaol mengatakan, Sabam merupakan tokoh yang sepanjang hayatnya berjuang terus menegakkan demokrasi dalam sistem politik di Indonesia, sehingga layaklah dia dijadikan seorang Pahlawan Demokrasi. "Kiprah dan perjuanganya dalam sistem politik layak diapresiasi dan disematkan Pahlawan Nasional," ucap Jhon Eron. Dosen Ilmu Politik FISIP USU Warjio, menyampaikan bahwa Sumatera Utara bukan tempat yang banyak melahirkan tokoh nasional. Sabam Sirait adalah satu dari sedikit tokoh nasional asal Kota Siantar. Dari Kota Siantar, selain Sabam Sirait tokoh nasional lainya adalah Adam Malik yang pernah menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Perjuangannya di tengah masyarakat, urai Warjio, adalah bentuk kontribusi besar yang diberikan Sabam. "Pribadi Sabam penuh integritas. Selain itu, wilayah juga mempengaruhi karakteristik dalam melakukan perjuangan. Sabam merupakan orator yang ulung. Dia pernah mengikuti debating club yang diselenggarakan oleh surat kabar mimbar umum media terkemuka ketika itu," katanya. Menurutnya, kepribadian Sabam terbentuk dari apa yang dibaca. Salah satu tokoh yang memengaruhi Sabam Sirait adalah Russel. Ini sangat mempengaruhi gaya pemikiran dan karakteristik perjuangan. Sabam punya daya pikir meledak dan realistis dalam perjuangan demokrasi di Indonesia. Ketokohan Sabam Sirait juga diketahui atas sikapnya yang mendukung perjuangan Palestina. Sementara Dosen Ilmu Politik FISIP USU Suprayitno, menjelaskan dalam konteks sejarah bagaimana Sabam Sirait lahir dan besar. Sabam Sirait yang merupakan pejuang demokrasi lahir di Tanjung Balai. "Dalam dokumen pengusulan, Kita harus berangkat sejarah tempat lahir Sabam di Tanjung Balai. Dari sini, maka Kota Tanjung Balai harus menjadi kota toleransi. Karena perdagangan pesisir menggambarkan bahwa Tanjung Balai adalah kota Perdagangan," katanya. Dijelaskan Suprayitno, Siantar merupakan kota revolusioner. Tidak bisa dipungkiri Siantar merupakan kota yang membentuk karakter Sabam Sirait. Di Siantar sejak kecil, Sabam sudah menjadi teladan dengan literasinya. Kita mau meneladani sikap Sabam. Menurut catatan, di Medan Sabam belajar banyak tentang belajar demokrasi dan politik. Periode 1950-1952, dimasa ini periode ini sangat krusial dengan guncangan politik dan penjajahan kolonial Belanda masih sangat kentara terasa. Sambam belajar pada situasi ini. Sabam Sirait masuk pada sistem politik yang buruk dan memanfaatkan kesempatan untuk memperbaiki sistem politik ke arah yang lebih baik. Legasi Sabam berjuang melawan integritas dirinya sendiri. Walau dia mendapatkan tawaran kekuasaan. Semuanya ditolak. Ini merupakan medan perjuangan sendiri, dia tidak menggadaikan integritasnya karena kekuasaan, jelas Anto. Seperti diketahui, karier politik Sabam Sirait dimulai dari Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Sabam kemudian menjadi Sekretaris Jenderal Parkindo periode 1967-1973. Saat kebijakan fusi partai politik menjadi tiga di era Orde Baru, Sabam turut membidani pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan menandatangani deklarasi pembentukan PDI pada 10 Januari 1973. Ia sempat menjadi Sekjen PDI selama tiga periode, yakni periode 1973-1976, periode 1976-1981, dan periode 1981-1986. Ia juga turut menjadi pendiri PDI Perjuangan pada September 1998 dan menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Pusat PDIP pada 1998-2008. Sabam menjadi anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR) periode 1967-1973, anggota DPR RI periode 1973-1982, anggota DPR RI periode 1992-2009 dan anggota DPD RI periode 2019-2024. Sabam dilantik menjadi anggota DPD RI pada 15 Januari 2018. Sabam juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA-RI) periode 1983-1993. [caption id="attachment_396955" align="alignnone" width="964"] Sabam Sirait. (Foto: Micom)[/caption]   Sabam Sirait meninggal dunia di usia 85 tahun, Rabu (29/9/2021) pukul 22.37 WIB, di RS Siloam Karawaci, Tangerang, Banten. Sabam Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.