Soal Minyak Goreng, PDIP Dukung Pansus

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 20 Maret 2022 08:19 WIB
Monitorindonesia.com - Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi PDIP Hendrawan Supratikno mengungkapkan, persoalan minyak goreng sudah dibahas dalam rapat gabungan lintas komisi di DPR, yakni Komisi IV, Komisi VI, dan Komisi VII. Soal usulan pembentukan Panitia Khusus (Pansus) minyak goreng, Hendrawan mengaku pihaknya tidak keberatan akan tetapi lebih pada upaya mencari solusi yang lebih permanen sebab dikhawatirkan persoalan minyak goreng kedepannya akan terjadi lagi. "Yang sudah disepakati dibentuk panja di Komisi VI, kami tak keberatan dengan adanya pansus, tapi tekanan lebih pada upaya mencari solusi yang permanen terhadap kasus migor, jangan sampai jadi kasus kambuhan," kata Politikus PDIP itu kepada wartawan, Sabtu (19/3/2022). Hendrawan menambahkan, bahwa pansus itu juga harus disepakati dalam rapat badan musyawarah (Bamus) dan diumumkan di Paripurna. Dengan begitu, menurutnya lebih kepada Panitia Panjang (Panja) karena lebih sigap bergerak. "Belum ke sana karena saya dengar Komisi VI masih melihat Panja lebih sigap bergerak, pansus karena sifatnya lintas komisi, memiliki jangkauan dan daya jelajah lebih besar, untuk migor terkait Kom III, IV, VI, VII dan XI. Namun Pansus butuh masa kerja yang biasanya lebih lama, sementara solusi yang efektif sudah sangat mendesak," jelasnya. Akan tetapi, antara Pansus dan Panja, Hendrawan mengatakan, semuanya tergantung pada akar masalahnya. "Panja atau Pansus tergantung pada masalah apa yang mau dipecahkan. Jika jangka pendek dan bisa diselesaikan satu komisi ya Panja. Jika butuh peran sejumlah komisi, ya Pansus," bebernya. Kendati demikian, melihat polemik minyak goreng yang terus berlarut-larut ini, menurut Handrawan, seharusnya Indonesia malu terhadap bangsa lain yang mana saat ini mereka sudah berbicara mengenai perkembangan teknologi yang makin pesat sementara Indonesia masih menghadapi persoalan-persoalan minyak goreng dan lainnya. "Bangsa lain sudah bicara ruang angkasa dan kecerdasan buatan, kita masih berkutat dengan minyak goreng dan kedelai," tutup Hendrawan Supratikno. (Aswan)