Pernyataan Tendensius Cak Imin Bisa Membahayakan Demokrasi

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 3 Desember 2023 10:00 WIB
Calon Wakil Presiden Nomor Urut 1, Muhaimin Iskandar (Foto: Ist)
Calon Wakil Presiden Nomor Urut 1, Muhaimin Iskandar (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Direktur Eksekutif Sentral Politika Subiran Paridamos, menilai pernyataan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang mengatakan Indonesia dalam ancaman bahaya jika pasangan Anies-Muhaimin (AMIN) tak menang dalam Pilpres 2024 adalah pernyataan ekstrim. 

Menurutnya, apa yang dikatakan Cak Imin seakan sedang menjelaskan bahwa pasangan AMIN adalah orang yang paling memahami Indonesia. Dan tak ada lagi selain mereka yang dapat memimpin Indonesia ke depan. 

"Secara komunikasi politik, pernyataan ini tendensius mengklaim diri sebagai pasangan paling benar, paling layak, paling paham, dan paling dibutuhkan Indonesia di satu sisi," kata Subiran kepada Monitorindonesia.com, Minggu (3/12).

"Artinya kalau yang menang Pilpres adalah Prabowo-Gibran atau Ganjar Mahfud, maka keduanya akan membawa Indonesia dalam kondisi bahaya dan kehancuran," lanjutnya. 

Penulis buku Demokrasi Katanya itu memandang, pernyataan Cak Imin bisa membahayakan bagi kelangsungan demokrasi Indonesia. Sebab, dia sudah coba menciptakan narasi pengkultusan untuk pasangan AMIN. 

"Dalam sistem demokrasi, tidak boleh ada pengkultusan individu atau kelompok seolah mereka yang paling berhak memimpin atau paling layak dan paling paham untuk memajukan Indonesia. Sehingga ketika pemilu mereka tidak boleh kalah atau harus menang," pungkasnya. 

Seharusnya para capres dan cawapres kata Subiran, memahamkan kepada para pendukung, pengusung, simpatisan, partisan dan loyalis bahwa dalam kontestasi pemilu, menang dan kalah itu biasa. 

"Tidak boleh ada narasi bahwa ada individu atau kelompok atau keluarga atau golongan atau suku yang paling layak, paling dibutuhkan, paling paham untuk memimpin Indonesia, sementara yang lain tidak," tandasnya. (DI) 

Topik:

cak-imin subiran