Survei Elektabilitas Capres Bertebaran-Muncul Berkali-kali, Masih Ada yang Percaya?

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 27 Desember 2023 02:00 WIB
Bendera Partai Politik (Foto: Dok MI)
Bendera Partai Politik (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Survei elektabilitas capres bertebaran dan muncul berkali-kali. Tapi sebagian survei tampak meragukan. Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud menyentil sejumlah lembaga survei yang menempatkan elektabilitas Prabowo-Gibran di atas 50 persen atau bisa menang satu putaran pada Pilpres 2024.

Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, mengatakan bahwa survei-survei tersebut bisa dijadikan alat intimidasi, mobilisasi, dan pengondisian.

"Survei itu bisa selain memotret suara publik, bisa juga menjadi instrumen intimidasi atau untuk mobilisasi, pengondisian," kata TGB saat ditemui usai menghadiri acara Relawan Mahfud Guru Bangsa di Mataram, NTB, Senin (25/12) kemarin.

Ia menduga survei-survei yang dimunculkan hari ini merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya pengondisian untuk memainkan psikis publik. "Kalau ada yang mengatakan wah pasangan calon ini sudah hampir pasti satu putaran, saya punya dugaan kuat bahwa itu bagian dari pengondisian atau mobilisasi sehingga yang diharapkan itu adalah orang merasa wah sudah menang ini, kita ikut saja," ungkapnya.

Menurutnya, fakta di lapangan bertolak belakang dengan hasil yang disampaikan lembaga survei. TPN melihat Ganjar-Mahfud masih bisa unggul dari pasangan calon lain. "Padahal realitasnya terbalik. Kita melihat Ganjar-Mahfud rebound ya dan kita yakin rebound maka pada saatnya 14 Februari kita bisa unggul dari pasangan calon yang lain," bebernya.

Oleh karena itu, TGB optimistis Ganjar-Mahfud bisa berhadap-hadapan setara dengan pasangan calon yang lain.

Sebelumnya, survei terbaru dari Center for Political Communication Studies (CPCS) menampilkan elektabilitas pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka unggul dari pasangan calon lain. Elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai 51,7 persen.

"Elektabilitas pasangan nomor urut 2 naik dari 50,3 persen (November) dan kini mencapai 51,7 persen, elektabilitas Anies-Cak Imin 21,8 persen, terpaut tipis dari Ganjar-Mahfud sebesar 21,3 persen," kata peneliti senior CPCS Hatta Binhudi.

Anies-Cak Imin mengalami tren peningkatan elektabilitas 15,8 persen pada Oktober, sementara Ganjar-Mahfud melorot tajam dari sebelumnya mencapai 30,6 persen.

"Prabowo-Gibran diperkirakan bakal memenangkan pilpres dalam satu putaran, disusul Anies-Cak Imin yang saat ini menempati posisi runner-up," kata Hatta Binhudi.

Penuh Keraguan

Pengamat politik sekaligus pendiri Pusat Studi untuk Demokrasi Kiki Rizki Yoctavian meragukan hasil beberapa survei. Ia menyebutkan ada survei yang menyebutkan elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming meningkat hingga 45,6 persen pada 10 Desember.

Kiki mengatakan survei LSI itu menyatakan pasangan Prabowo-Gibran meningkat hingga 45,6 persen pada 10 Desember 2023, unggul dibandingkan dua pasangan calon lain peserta Pilpres 2024.

Sementara itu, pada survei yang sama di Oktober 2023, LSI mendapati elektabilitas Prabowo-Gibran di angka 35,9 persen. "Jika dihitung dan dibandingkan sejak 22 Oktober hingga 10 Desember atau 48 hari, maka survei LSI untuk Prabowo naik hingga mencapai 9,7 persen," katanya.

Jika angka tersebut dikonversi dengan jumlah suara dengan basis data pemilih tetap (DPT) 204 juta, maka itu senilai dengan 19,8 juta suara. 

"Jadi, suara Prabowo bertambah 19,8 juta hanya dalam 48 hari atau rata-rata tiap hari tambah sekitar 400 ribu," tutur Kiki.

Pertanyaannya adalah bagaimana Prabowo bisa mendapatkan tambahan lebih kurang 400 ribu suara setiap hari. Kiki pun mempertanyakan isu apa yang mampu membuat dalam 48 hari ada 19,8 juta suara pindah ke Prabowo.