Luhut Bantah Klaim Tom Lembong Soal Pabrik Tesla 100 Persen Gunakan LFP

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 25 Januari 2024 14:31 WIB
Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan [Foto: Instagram/@luhut.pandjaitan]
Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan [Foto: Instagram/@luhut.pandjaitan]
Jakarta, MI - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, membantah pernyataan Co-Captain 2 Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas Amin), Tom Lembong, yang menyebut bahwa pabrik Tesla di China menggunakan 100 persen lithium ferro phosphate (LFP), untuk mobil listrik.

"Tidak benar pabrik Tesla di Shanghai (China) menggunakan 100 persen LFP untuk mobil listriknya, mereka masih tetap menggunakan nickel based battery," kata Luhut melalui video di akun Instagram pribadi @luhut.pandjaitan, dikutip Kamis (25/1).

"Jadi, seperti suplai nickel based battery itu dilakukan oleh LG Korsel untuk model mobil listrik yang diproduksi Tesla di Shanghai," tambahnya.

Kendati demikian, ia tidak memungkiri jika saat ini penggunaan LFP untuk memproduksi baterai kendaraan listrik, mulai berkembang.

Untuk itu, sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Luhut meminta agar hilirisasi nikel digenjot dengan terukur, untuk tetap dapat bersaing dalam jangka panjang.

"Memang suatu ketika tidak tertutup kemungkinan nikel ini makin kurang penggunaannya. Sebabnya, kita juga harus genjot tetapi dengan tadi yang terukur," ujarnya.

"Sekarang ini kalau kita lihat hilirisasi kita di katoda dan banyak lagi bagian daripada lithium battery kita sudah sangat maju, yang membuat ekspor kita tidak hanya bergantung lagi kepada ekspor raw materials-nya tadi," sambungnya.

Luhut juga menekankan, bahwa lithium battery berbasis nikel itu bisa didaur ulang. Namun, LFP sampai saat belum bisa didaur ulang.

"Tetapi ingat lithium battery itu bisa recycling, sedangkan tadi yang LFP itu tidak bisa recycling sampai hari ini tetapi sekali lagi teknologi itu terus berkembang. Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan China tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan China maupun dengan lain-lain," jelasnya.

Soal harga nikel turun yang disebut Tim Lembong, Luhut mengatakan untuk melihat harga komoditas perlu mengacu pada tren. 

"Anda perlu lihat data panjang 10 tahun, Anda kan pebisnis juga, siklus komoditas kan naik turun, apakah batu bara, nikel, emas, apa saja," imbuhnya.

Dia mengatakan jika melihat rata-rata harga nikel selama 10 tahun terakhir, sejak 2014, harga rata-rata dunia adalah US$ 15.000-an per metrik ton masih lebih rendah dibandingkan harga sekarang.

Bahkan pada 2014-2019, awal periode hilirisasi mulai dilakukan di Indonesia, harga rata-rata nikel dunia hanya sebesar US$ 12.000-an. Adapun per Januari 2024, harga nikel dunia rata-rata sebasar US$ 16.368. 

"Jadi saya kira tim pasangan calon perlu melihat history data yang lebih panjang dalam membaca siklus harga komoditas," tandasnya.

Dia mengatakan data ekspor produk turunan nikel pada periode Januari-November 2023, adalah sebesar US$ 31,30 miliar, naik 0,6% dibandingkan ekspor periode yang sama pada 2022 sebesar US$ 31,13 miliar.