PDIP Bantah Serang Pemerintah

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 7 Februari 2024 10:50 WIB
Politikus PDI Perjuangan, Aria Bima (Foto: MI/Dhanis)
Politikus PDI Perjuangan, Aria Bima (Foto: MI/Dhanis)

Jakarta, MI - Politikus PDI Perjuangan Aria Bima, membantah atas tuduhan yang mengatakan bahwa PDIP sebagai partai penguasa kerap menyerang pemerintah.

Menurutnya, apa yang dilakukan kader PDIP bukanlah menyerang, namun mengkritik dan mengkritisi atas kebijakan atau pernyataan pemerintah menimbulkan sejumlah polemik.

"Enggak, enggak menyerang kata kamu loh menyerang (merujuk pertanyaan wartawan), keliru kamu. Kritik iya, kritik bagaimana ya pemilu demokratis itu 2019 kemarin," kata Aria Bima kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (6/2).

Aria mengatakan, sebagai partai penguasa PDIP masih bertanggung jawab sampai November 2024. Karena itu, jika ada keputusan ataupun pernyataan pemerintah yang janggal, maka pihaknya akan terus mengkritik.

"Kita tetap mengkritik tidak menyerang, kritis tuh konstruktif kritis itu argumentatif, Kritis itu tidak desduktrif beda kalau intrik, intrik tuh desduktrif dan cenderung tidak memberi solutif. PDI bertanggung jawab sampai November 2024," urainya.

Aria juga membantah, jika pihaknya dikatakan akan terus mempertahankan sikap kritisnya kepada pemerintah. Pasalnya, jika secara objektif apa yang dilakukan pemerintah adalah benar, maka itu tak perlu dikritisi.

"Bukan mengkritisi dipertahankan, kritisi itu adalah bagaimana melihat kondisi subjektif dan objektif, kalau objektifnya benar (apa yang harus dikritisi). Kritis itu bukan suatu keniscayaan yang kemudian permanen, kalau yang benar ya kita apresiasi," ujarnya.

Aria pun mencontohkan terhadap persoalan bantuan sosial (Bansos) yang belakangan ini banyak membuat kegaduhan. Menurutnya Bansos adalah kebijakan yang sangat baik, namun karena dalam praktiknya ada unsur politisasi, maka pihaknya terus mengkritisi hal tersebut.

"Kebijakan bansos kan bener semua, tapi karena di tingkat implementasinya ada politisasi kita kritisi," tukasnya. (DI)