Dituding Jenderal Mencla-mencle oleh Ganjar, Bagaimana Hubungan Wiranto, Luhut dan Agum dengan Prabowo di Masa Lalu?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 10 Februari 2024 03:10 WIB
Jenderal Agum, Luhut BP, Wiranto dan Prabowo Subianto (Foto: Kolase MI/Net/Ist)
Jenderal Agum, Luhut BP, Wiranto dan Prabowo Subianto (Foto: Kolase MI/Net/Ist)

Jakarta, MI - Calon presiden (capres) nomor urut 03, Ganjar Pranowo awal pekan ini menuding Jenderal (purn) Wiranto, Jenderal (purn) Luhut Binsar Pandjaitan, dan Jenderal (purn) Agum Gumelar, sebagai Jenderal yang mencla-mencle. 

Alasannya, karena mereka mendukung kompetitornya, Prabowo Subianto. Sekedar tahu, bahwa mencla-mencle berasal dari Bahasa Jawa, yang berarti "tidak dapat dipercaya" atau tidak dapat dipegang sama sekal

"Dua pemilu lalu, ungkap Ganjar, jenderal bintang 4 mengatakan 'dia saya yang mecat', begitu katanya. Satu dalam diskusi kecil disampaikan, 'bagaimana orang memilih itu, catatan sejarahnya begini psikologinya begini dan dipecat'. Itu mereka menyampaikan. Bahkan satu lagi mengatakan, 'hei pensiunan TNI, anda bodoh kalau milih orang yang kita pecat'. Dan tiga-tiganya orang yang ngomong itu sekarang berada pada kubu di sana," beber Ganjar, dalam sambutannya saat menghadiri deklarasi dukungan PP Polri, di De Tjolomadoe, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Rabu (7/2).

Menurutnya, seorang patriot sejati harus konsisten dalam pilihannya. Ganjar pun meminta para pendukungnya untuk menjadikan hal tersebut sebagai pelajaran. "Maaf, sebagai patriot sejati saya tidak diajari untuk mencla mencle. Ini kalau gini darah saya mendidih. Bapak saya bukan jenderal kok, bapak saya pensiunan letnan 1 kok, kami merasakan itu. Dan saya bangga di sini, pelajaran itu yang saya sampaikan," jelasnya.

Terpisah, Ganjar mengungkapkan jenderal-jenderal yang dimaksudnya. Diantaranya, Jenderal (purn) Wiranto, Jenderal (purn) Luhut Binsar Pandjaitan, dan Jenderal (purn) Agum Gumelar. "Ada Pak Wiranto, ada Pak Agum, terakhir Pak Luhut kalau tidak salah menyampaikan dukungannya dan beliau-beliau ada rekamannya menyampaikan itu," ungkapnya.

Ganjar mengingatkan sikap mencla-mencle itu tidak dapat dijadikan panutan. Orang tua saya mengajarkan, 'kamu biasakan diri disiplin sebagai anak militer, anak polisi'. Biasakan satu pikiran perkataan dan perbuatan. Jangan jadi orang yang mencla mencle. Itu almarhum orang tua saya mengajarkan," ingat Ganjar.

Sebagaiaman diketahui, bahwa tiga mantan jenderal itu, sebelum Pilpres 2024, memang tercatat pernah menuduh Prabowo bertanggung jawab atas penculikan aktivis selama gejolak reformasi tahun 1997-1998.

Luhut telah menyanggah tuduhan Ganjar yang disematkan kepadanya. Adapun tim kampanye Prabowo-Gibran Rakabuming menilai Ganjar “semestinya beradu visi-misi dan tidak menyerang kubu mereka secara personal”. Seperti pada pemilihan presiden sebelumnya, isu dukungan militer dan para mantan jenderal kembali mencuat. 

Namun apakah militer dan purnawirawan TNI sebenarnya memiliki peran penting dalam kemenangan calon presiden, termasuk dalam Pilpres 2024?

Lantas bagaimana hubungan para jenderal itu di masa lalu?

Dikutip dari berbagai sumber, bahwa Agum Gumelar adalah anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang dibentuk tahun 1998 untuk memeriksa kesalahan Prabowo Subianto. Setelah tiga sidang pada Agustus 1998 untuk memeriksa sejumlah saksi, DKP menyatakan Prabowo melakukan delapan kesalahan, antara lain memerintahkan penculikan aktivis dan mengambil kewenangan Panglima ABRI untuk mengendalikan operasi stabilitas nasional.

Pada rangkaian Pilpres 2019, Agum mengungkap perannya dalam DKP. Saat itu, Agum adalah salah satu pendukung Jokowi.

Adapun, Wiranto merupakan Panglima ABRI pada saat DKP menyelidiki kesalahan-kesalahan yang berujung pada pemecatan Prabowo. Pada Pilpres 2014, Wiranto menyatakan melalui media massa bahwa dialah yang membentuk DKP dan menindaklanjuti rekomendasi dewan tersebut untuk memberhentikan Prabowo dari institusi militer.

Susilo Bambang Yudhoyono adalah satu dari tujuh anggota Dewan Kehormatan Perwira dalam kasus Prabowo. Sejak Pilpres 2014 hingga 2024, SBY telah mendukung pencalonan Prabowo.

Luhut pada sisi lain adalah jenderal yang kariernya tidak setinggi Agum, Wiranto, maupun Prabowo. Dalam biografi Letjen Sintong Panjaitan: Perjalanan Soerang Prajurit Para Komando terbitan tahun 2009, Luhut berkata bahwa dia adalah perwira yang sampai pada tingkat jenderal tapi tak pernah memegang jabatan panglima. “Jangankan jabatan panglima kodam, jabatan kepala staf kodam pun tak pernah saya alami,” kata Luhut dalam buku tersebut.

Selepas karier militer, Luhut berhadap-hadapan dengan Prabowo pada Pilpres 2014. Saat itu Luhut menjadi salah satu figur kunci dalam tim pemenangan Jokowi.

Sama seperti Agum dan Wiranto pada tahun 2014, Luhut menyebut Prabowo harus bertanggung jawab atas kasus penculikan aktivis. "Menurut saya, yang paling sedih sebenarnya, Prabowo harus menjelaskan kemana yang 13 orang yang hilang itu. Karena dia yang menculik itu. Orang sudah tahu," kata Luhut pada 19 Juni 2014 di Jakarta. (wan)