Sri Sultan Hamengku Buwono X Tunggu Perintah Jokowi Jembatani Pertemuan dengan Megawati, Untuk Mediasi?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 13 Februari 2024 04:52 WIB
Joko Widodo (kanan) dan Megawati Soekarnoputri (Foto: Istimewa)
Joko Widodo (kanan) dan Megawati Soekarnoputri (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X hingga saat ini masih menunggu Perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjembatani pertemuan dengan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan.

Menurut Sri Sultan, wacana pertemuan dengan Megawati ini adalah inisiatif Presiden Jokowi. Pun Sri Sultan mengaku tidak akan menolak untuk menjembatani pertemuan tersebut, sesuai dengan apa yang diminta oleh Presiden Jokowi.

"Betul (diminta menjembatani), tapi saya kan nunggu Presiden, kan saya akan menjembatani (tapi) ya terserah Presiden, itu aja," katanya saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (12/2).

"Kami menunggu, kalau memang Presiden memerlukan saya bersedia, kan hanya itu. Kalau nggak (jadi) ya nggak apa-apa, udah itu aja,” sambung Sri Sultan.

Meskipun tidak keberatan untuk menjadi jembatan atas pertemuan keduanya, Sri Sultan tetap memilih bersikap pasif dan menunggu lebih lanjut terhadap keputusan presiden. 

Sri Sultan mengatakan tidak akan menginisiasi pertemuan, tanpa diskusi lebih lanjut dengan Presiden RI. Tentunya pertemuan ini kembali lagi kepada Presiden RI, apakah masih memerlukan mediator atau bisa tanpa dimediasi. 

Sri Sultan menyebut, belum ada informasi lebih lanjut mengenai kapan waktu yang diinginkan Presiden RI untuk bertemu dengan Megawati.

“Bukan saya yang ada inisiatif, yang ada inisiatif kan Bapak Presiden sendiri, ya terserah Bapak Presiden, mau perlu ketemu Mbak Mega ya difasilitasi, kalau bisa ketemu sendiri ya syukur".

"Tapi kalau saya sifatnya pasif. Lah kalau presiden bilang tolong saya di antar misalnya gitu, kalau nggak ada ya berarti enggak,” imbuh Sri Sultan. 

Sebelumnya, Jokowi dikabarkan melobi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) X untuk memfasilitasi bertemu dengan Megawati.

Pengamat Militer, Connie Rahakundini  mengungkapkan bahwa dirinya telah bertemu dengan Sultan HB X di Jakarta pada Selasa, 6 Februari 2024. 

Connie mengatakan, Sultan bercerita bahwa dia dimintai Presiden Jokowi untuk memoderatori pertemuan dengan Mantan Presiden Kelima Indonesia itu.

“Apakah berkenan memfasilitasi pertemuan dengan Megawati?” kata Connie.

Sultan juga menyebut Jokowi sekarang dalam situasi panik. Tak hanya itu, Connie juga mengungkapkan bahwa Sultan HB X menasihati Jokowi agar sikap politiknya tidak menyakiti Megawati. 

Menurut Connie, alasan Sultan melakukan itu adalah karena Megawati merupakan putri dari Soekarno, Proklamator Indonesia. “Sultan ingatkan tiga kali, jangan sakiti Bu Mega,” katanya. 

Benarkah Jokowi ingin bertemu Megawati?

Presiden Joko Widodo mengirimkan karangan bunga untuk Megawati yang berulang tahun ke 77 pada Selasa (23/1) lalu.

Karangan bunga yang terdiri dari anggrek bulan berwarna ungu, mawar putih, lili, dan baby breath tiba di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta pada Selasa siang.

Di karangan itu tertulis, "Selamat ulang tahun Ibu Megawati Soekarnoputri. Dari: Presiden Joko Widodo."

Di balik karangan bunga itu beredar juga kabar yang menyebutkan adanya keinginan Jokowi untuk bertemu dengan Megawati.

Wacana itu pun mendapatkan respon dari beragam pihak. Capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo mengatakan sebaiknya kedua tokoh itu untuk bertemu.

"Yo enggak masalah, tinggal beliau berdua saja. Wong biasanya beliau berdua-berdua dulu sering temu-temuan kok. Mungkin kalau sekarang nggak pernah ketemu. Justru kita bertanya-tanya, kok nggak pernah ketemu ya? Mbok ketemu," kata Ganjar di Lampung (22/1)

Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto juga buka suara, bahkan menyebut ”ada sesuatu” di balik isu itu.

"Ya kalau seseorang sebelumnya kalau bertemu dengan ibu kan selalu terbuka. Ketika untuk bertemu ibu kemudian harus disampaikan ke media, itu kan artinya ada sesuatu," kata Hasto di Bandung, Minggu (21/1).

Sementara itu, pihak Istana membantah narasi yang beredar itu. Koordinator Stafsus Presiden Ari Dwipayana mengaku belum mendapatkan informasi adanya penjajakan pertemuan Jokowi dan Megawati.

"Terkait narasi yang dikembangkan seolah-olah ada permintaan dari Bapak Presiden untuk bertemu, apalagi dihubungkan dengan Pemilu 2024, itu sama sekali tidak benar," kata Ari Dwipayana di Jakarta, Senin (22/1).

Mungkinkah hubungan Jokowi dan Megawati membaik?

Pengamat politik dari Universitas Indonesia Cecep Hidayat melihat itu sebagai sesuatu yang sulit untuk terjadi.

“Megawati kerap terbawa emosional dalam pengambilan keputusan. Seperti relasi dia dengan SBY, yang menikung di Pilpres 2004, membuat relasi PDIP dengan Demokrat tidak baik sampai sekarang misalnya,” kata Cecep.

Senada, peneliti senior pusat riset politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor melihat Megawati sebagai tokoh politik yang konsisten atas pilihan politik yang diambilnya.

Selain ‘perang dingin’ dengan SBY yang berlangsung selama belasan tahun, Firman mengatakan, Megawati juga konsisten melawan rezim Orde Baru, sampai terjadi peristiwa penyerangan kantor PDI pada 27 Juli 1996, dikenal dengan Kudatuli.

“Berkaca dari itu,tidak mudah untuk Megawati memaafkan Jokowi karena PDIP adalah yang paling dikecewakan oleh manuver Jokowi. Bagaimanapun Jokowi sudah mengkhianati partainya,” kata Firman. (wan)