Sejarah Pemilu Mencatat "Yang Kalah Selalu Berusaha Ciptakan Narasi Kecurangan" Penyelenggara Acap Kali Disalahkan!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 15 Februari 2024 20:05 WIB
Seorang warga menunjukan jari yang telah diberi tinta usai mengikuti simulasi pemungutan dan penghitungan suara (Foto: MI/Repro Antara)
Seorang warga menunjukan jari yang telah diberi tinta usai mengikuti simulasi pemungutan dan penghitungan suara (Foto: MI/Repro Antara)

Jakarta, MI - Kubu pasangan calon presiden (capres) Anies Baswedan dan calon wakil presiden (cawapres) Muhaimin Iskandar, nomor urut 01 dan capres Ganjar Pranowo-cawapres Mahfud Md, nomor urut 03, seharusnya bisa menerima kemenangan telak Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, nomor urut 02 yang berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) lembaga survei dan hasil hitung KPU sementara, kata Direktur Eksekutif Sentral Politika Subiran Paridamos.

Hasil hitung cepat sementara Pilpres 2024 hingga Kamis (15/2) menunjukkan bahwa Prabowo-Gibran mendominasi suara, lebih dari 50%.

Begitu disapa Monitorindonesia.com, Kamis (15/2) malam, Subiran menegaskan bahwa keduanya saat ini masih berputar pada isu awal sebelum Pemilu, bahwa ada kecurangan secara massif dan tersistematis dibalik kemenangan Prabowo-Gibran. 

Padahal secara hukum, kata dia, jika memang ditemukan kecurangan maka ada mekanisme dan instrumen yang bisa ditempuh untuk menclearkan itu yakni melalui Bawaslu, DKPP ataupun menggugat di Mahkamah Konstitusi (MK).

"Dalam sejarah pemilu di Indonesia pihak yang kalah selalu berusaha menciptakan narasi kecurangan. Padahal seharusnya, dalam etika demokrasi harus dijunjung tegak ketika kalah dan menghargai yang menang," katanya.

https://monitorindonesia.com/storage/news/image/9c17f479-6eca-45b8-aadb-34956cd1808c.jpg
Pengamat politik, Subiran Paridamos (Foto: MI/Net/Ist)

 

Pihak yang kalah, timpal Subiran, selalu menyalahkan penyelenggara, memproduksi narasi kecurangan, menebar serangan kepada pihak yang menang. 

Pun Subiran berpandangan, bahwa salah satu etika demokrasi seharusnya adalah menerima kekalahan dan tidak jumawa ketika menang.

"Yang kita butuhkan sekarang ini adalah sikap negarawan dari Paslon 01 dan 03 yakni Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud untuk secara terbuka menerima hasil pemilu tanpa harus memproduksi narasi kecurangan," tandasnya.

Diketahui, Indonesia baru saja menggelar pesta demokrasi lima tahunan pemilu serentak pemilihan presiden dan pemilihan legislatif pada Rabu (14/2) kemarin.

Hingga sekitar satu bulan ke depan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan penghitungan suara (real count) dan hasilnya baru akan diumumkan pada Maret mendatang.

Namun dalam hitung cepat oleh sejumlah lembaga survei setelah pemungutan suara, pasangan calon presiden-wakil presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka mengungguli dua pesaingnya pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Prabowo lantas mendeklarasikan kemenangannya dan optismistis dirinya akan menang satu putaran. Meski begitu, hasil quick count yang ditampilkan lembaga survei bukan hasil resmi pemilu, sebab hasil perhitungan suara yang resmi akan disampaikan langsung oleh KPU.

Dua pesaing Prabowo, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo sama-sama akan menunggu hasil resmi KPU, dengang Ganjar mengatakan pihaknya masih bekerja memantau penghitungan suara dan dugaan kecurangan dalam pemilu.

Salah satu pesaing Prabowo, Ganjar Pranowo enggan mengomentari hasil hitung cepat dan mengaku masih menunggu hasil penghitungan resmi Pemilu 2024 dari KPU.

Ganjar mengatakan pihaknya juga masih bekerja memantau penghitungan suara dan dugaan kecurangan dalam pemilu.

Banyak laporan dugaan kecurangan yang diterima tim pemenangannya, kata Ganjar. Namun dia belum membeberkan rinci temuan dugaan kecurangan tersebut.

"Banyak juga, makanya hari ini kita bahas, kita catat, kita konfirmasi ke daerah untuk memastikan apakah ini terstruktur, sistematis, masif gitu aja, ini sifatnya laporan," ujar Ganjar pada Kamis (15/02).

Anies Baswedan, pesaing Prabowo yang lain, pun mengatakan masih menunggu hasil hitung resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu.

"Kita tunggu sampai hasil seluruhnya selesai, kami akan menghormati. Komitmen kami, pejuang demokrasi harus menghormati hasil," jelas Anies pada Rabu (14/2) malam.

Adapun, Ketua Dewan Pakar Tim Hukum Nasional (THN) Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Hamdan Zoelva mengatakan, tim Anies-Muhaimin telah menemukan indikasi kecurangan yang terjadi secara sistematis dalam Pilpres 2024.

"Kami menemukan indikasi bahwa ada satu benang merah antara sebelum hari H pencoblosan, saat hari H pencoblosan dengan setelah pencoblosan, pelanggaran-pelanggaran itu terjadi secara sistematis," ujar Hamdan Zoelva saat konferensi pers, Kamis (15/2).

Dia menambahkan, tim hukum Anies-Muhaimin sedang mengumpulkan bukti-bukti yang terkait dengan pelanggaran.

Kini Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud berencana membuka peluang untuk berkomunikasi dengan Timnas AMIN untuk mengusut kecurangan Pemilu 2024. (wan)