Pakar Politik Asing Prediksi Arah Kebijakan Luar Negeri jika Prabowo Presiden RI

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 15 Februari 2024 22:47 WIB
Prabowo Subianto mengenakan kaca mata hitam (Foto: MI/Repro Instagram@prabowosubianto)
Prabowo Subianto mengenakan kaca mata hitam (Foto: MI/Repro Instagram@prabowosubianto)

Jakarta, MI - Pengamat politik dari Universitas Murdoch di Australia, Ian Wilson memprediksi tak ada perubahan besar terkait kebijakan luar negeri Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka jika memang menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.

"Anda mungkin membayangkan bahwa secara umum, dia akan melanjutkan pendekatan non-blok Indonesia terhadap kawasan ini," kata Ian kepada Al Jazeera, dikutip pada Kamis (15/2).

Menurutnya, Prabowo akan mengartikulasikan arah kebijakan luar negerinya dengan menyebut ingin berteman dengan siapa saja. "Dia tidak ingin memihak dalam ketegangan apa pun di kawasan antara Amerika Serikat dan China," lanjut Wilson.

"Dalam arti yang lebih luas, Anda akan melihat kelanjutan dari norma kebijakan luar negeri Indonesia," timpalnya.

Bukan tanpa tanpa alasan Wilson mangatakan demikian, soalnya selama kampanye, Prabowo-Gibran menggemakan keberlanjutan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) jika nanti dia terpilih menjadi presiden.

Bahkan, tambah Wilson, Prabowo-Gibran akan memberi nama koalisi dia sama dengan nama kabinet Jokowi yakni Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Sebagaimana diketahui, bahwa Prabowo Subianto, berkomitmen meneruskan tradisi politik luar negeri yang bebas aktif.  Tanpa menjadi bagian dari aliansi geopolitik mana pun, Indonesia bisa membangun hubungan baik dengan semua negara untuk menciptakan perdamaian. 

Dalam situasi itu, diharapkan terjadi hubungan saling menguntungkan yang mendukung tujuan pembangunan ekonomi nasional. Hubungan baik antarnegara, menurut Prabowo Subianto, bisa dibangun dengan kebijakan politik tetangga baik (good neighbor policy). 

Hal ini merupakan turunan dari politik luar negeri bebas aktif yang sudah menjadi tradisi Indonesia selama ini.

Komitmen Perdamaian Dunia

Sementara itu, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN), Budiman Soedjatmiko, menegaskan bahwa Prabowo-Gibran akan berkomitmen untuk melanjutkan menyuarakan perdamaian dunia dalam politik luar negeri.

Komitmen tersebut, menurut Budiman, sudah dilaksanakan langsung oleh Capres Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan, dimana Prabowo dikenal sebagai figur yang konsisten membawa pesan perdamaian dan kemanusiaan di forum-forum internasional.

“Sebagai Menhan lima tahun terakhir, kita sudah menyaksikan bersama konsistensi Pak Prabowo menyuarakan komitmen Indonesia dalam hal kemanusiaan dan perdamaian global di forum-forum internasional. Apalagi di beberapa tahun terakhir terjadi konflik bersenjata.” tutur Budiman kepada wartawan, Kamis (4/1) di Jakarta.

Budiman Soedjatmiko menjelaskan, bagi Prabowo Subianto sendiri perdamaian antar bangsa itu adalah kepentingan nasional Indonesia.

“Selain amanah pembukaan UUD 45 dimana kita berkewajiban melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan dan perdamaian, juga karena Indonesia membutuhkan perdamaian untuk menjadi Indonesia Maju," ungkapnya.

Menurut Budiman, hanya dalam situasi perdamaian dunia maupun kawasan yang terjaga, Indonesia bisa terus membangun. 

"Hanya dalam kerja sama internasional yg saling menguntungkan dengan negara lain kita bisa menjadi negara industri maju dan  berdaulat," beber Budiman.

Tak Hanya Ucapan

Menurut Budiman, komitmen perdamaian Prabowo-Gibran, tidak hanya diucapkan namun juga termaktub dalam visi misi yang diusung. Dalam Asta Cita 2 poin ke-15 tertulis jelas, bahwa Indonesia akan melanjutkan perdamaian dunia dalam forum-forum bilateral dan multilateral. 

"Ini yang akan jadi pegangan. Dan rekam jejak Pak Prabowo sebagai Menhan bisa dianggap sebagai garansinya," tegas Budiman.

Prabowo-Gibran juga bahkan berkomitmen meningkatkan peran aktif Indonesia dalam usaha mendorong perdamaian dunia. 

“Ini termuat di poin 18 Program Kerja Asta Cita 2, yaitu meningkatkan peran aktif Indonesia dalam usaha mendorong perdamaian dunia, khususnya di antara negara-negara yang sedang berkonflik," ungkap Budiman.

Maka, tegas dia, soal komitmen Prabowo-Gibran atas perdamaian tak perlu dipertanyakan lagi. "Beliau sering berkata ‘satu musuh terlalu banyak dan seribu teman terlalu sedikit.’ Hal yang sama juga berlaku pada politik luar negeri kita," kutip Budiman.

Konsisten Suarakan Perdamaian dan Isu Kemanusiaan Global

Prabowo Subianto memang dikenal konsisten menyuarakan perdamaian dan isu kemanusiaan global.  Hal itu dibuktikan dengan sikap dan pernyataannya di beberapa forum bilateral maupun multilateral.

Misalnya, pada Februari 2023 yang lalu, dalam pertemuan 2+2 Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Indonesia-Australia, Prabowo menegaskan keinginan Indonesia menjadi jangkar perdamaian di kawasan. "Saya kira kita sungguh-sungguh ingin menjadi jangkar perdamaian dan kemakmuran di kawasan,” tutur Prabowo saat itu.

Tak hanya itu saja, Prabowo Subianto juga pernah menyita perhatian dunia, yakni ketika dirinya menjadi pembicara pada acara International Institute for Strategic Studies (IISS) Shangri-La Dialogue ke-20, di Singapura pada bulan Juni tahun lalu. 

Di forum tersebut, Prabowo mengajukan proposal perdamaian konflik Rusia-Ukraina.

"Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengajak dengan sangat kepada saudara-saudara kita di Ukraina dan di Rusia untuk segera menghentikan permusuhan,” kata Prabowo kala itu.

Meski sempat menimbulkan pro kontra, Ketua Umum Partai Gerindara itu tetap fokus pada niatnya mendorong perdamaian. Menurutnya, akan selalu ada dua perspektif dalam setiap konflik di antara kedua belah pihak yang berseteru.

“Perdamaian jauh lebih baik daripada kehancuran besar-besaran dan korban jiwa dari banyak orang yang tidak bersalah,” demikian Prabowo Subianto yang juga mantan Danjen Kopasus. (wan)