Ukraina: Tawaran Negosiasi Rusia di Belarus adalah "Propaganda"

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 27 Februari 2022 19:05 WIB
Kiev, Monitorindonesia.com - Ukraina hanya menginginkan negosiasi "nyata" tanpa ultimatum dengan Rusia atas serangan militernya, kata seorang penasihat Presiden Volodymyr Zelenskiy, Minggu (27/2/2022). Dia menyebut keputusan Moskow mengirim delegasi negosiator ke Belarus untuk melakukan pembicaraan adalah "propaganda". Sebelumnya, pemerintah Rusia mengatakan delegasi telah tiba di Gomel, Belarus dan sedang menunggu perwakilan Ukraina. Zelenskiy menolak pembicaraan negosiasi di Belarus dengan mengatakan negara itu terlibat dalam invasi. Namun dia mengaku terbuka untuk negosiasi di tempat lain. Sebelumnya pada Sabtu, Kremlin mengatakan Kiev menolak mengadakan pembicaraan dengan Moskow, sehingga pasukan Rusia melanjutkan operasinya di Ukraina. "Pihak Ukraina menolak bernegosiasi. Siang ini pasukan Rusia melanjutkan serangan mereka sesuai dengan rencana operasi," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Sebelumnya sejumlah ledakan terdengar di bagian barat Kiev pada Minggu, beberapa menit setelah sirene serangan udara menggema di ibu kota Ukraina itu, demikian dilaporkan koresponden Reuters. Media Ukraina melaporkan bahwa telah terjadi ledakan dan baku tembak di kota terdekat. Menurut situs berita Ukraina Segodnya.ua, sebuah jembatan meledak di dekat Kota Bucha, di bagian barat Kiev. Belum diketahui pasti apakah ledakan di jembatan itu akibat gempuran pasukan Rusia atau dihancurkan oleh Ukraina. Penasihat menteri dalam negeri Ukraina, Anton Herashchenko, mengungkapkan bahwa pertempuran di kota Bucha masih berlangsung dan pasukan Rusia berupaya bergerak maju ke Kiev. Reviu Hubungan Dari Moskow, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan bahwa berbagai sanksi saat ini terhadap Rusia bisa menjadi sebuah alasan untuk meninjau ulang hubungan dengan semua negara yang telah menjatuhkan sanksi itu. "Sanksi adalah sebuah alasan yang tepat untuk meninjau semua hubungan dengan negara-negara yang telah memberlakukannya, dan akan menghentikan dialog tentang stabilitas strategis," kata Medvedev dalam sebuah unggahan di halaman media sosial Vkontakte, Sabtu (26/2) . Berbagai pembatasan ini tidak akan mengubah apa pun, termasuk keputusan Moskow untuk melakukan operasi militer dan melindungi Donbass, tulisnya, seraya menambahkan bahwa operasi itu akan dilakukan secara penuh hingga hasil akhir tercapai. Medvedev mengatakan berbagai sanksi tersebut dijatuhkan karena "ketidakmampuan politik" para pemimpin Barat dan "ketidakmampuan mereka untuk mengubah arah Rusia," dan juga digunakan sebagai sarana untuk membenarkan "keputusan mereka yang memalukan." Barat juga mengancam akan menyita uang warga Rusia dan perusahaan Rusia di luar negeri, tulis Medvedev, seraya menyatakan bahwa ini akan membawa respons simetris, yaitu menyita dana asing dan perusahaan asing di Rusia. Depot Minyak Terbakar Rudal-rudal Rusia menggempur kota Vasylkiv, Ukraina yang berada di barat daya ibu kota Kiev sehingga menyebabkan sebuah depot minyak terbakar, kata wali kota setempat Natalia Balasinovich pada Minggu. "Musuh ingin menghancurkan semuanya," kata Balasinovich lewat sebuah video yang diunggah di internet. Unggahan foto dan video memperlihatkan kobaran api besar membumbung di bawah langit malam. Otoritas meminta warga agar berhati-hati dengan asap beracun. Separatis pro-Rusia di provinsi Luhansk, Ukraina, pada Minggu pagi mengatakan bahwa sebuah depot minyak meledak akibat rudal Ukraina di kota Rovenky. Sumber: Reuters – Antara - Xinhua

Topik:

-