PP Muhammadiyah Soal Ancaman Peneliti BRIN: Mungkin Karena Merasa Benar

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 24 April 2023 23:46 WIB
Jakarta MI - Seluruh warga Muhammadiyah dihimbau agar tidak bertindak sendiri-sendiri merespons sikap peneliti BRIN Andi Pangerang (AP) Hasanuddin yang mengancam membunuh warga Muhammadiyah lantaran perbedaan penetapan Idulfitri 1444 H. Warga Muhammadiyah merayakan Hari Raya Idulfitri pada Jumat (21/4), sedangkan pemerintah menetapkan Idulfitri pada Sabtu (22/4). "Diimbau kepada seluruh warga Muhammadiyah agar tidak bersikap yang sama dengan mereka yang kerdil pemikiran dan sikapnya dalam beragama dan berbangsa. Tunjukkan warga Muhammadiyah berkeadaban, berilmu, berbangsa, dan bahkan beragama lebih baik di dunia nyata," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashi, Senin (24/4). Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad mengatakan bahwa Muhammadiyah sudah kenyang pengalaman diperlakukan negatif atau buruk seperti itu sepanjang perjalanan sejarahnya hingga kini. Dulu, kata dia, ketika Kiai Ahmad Dahlan memelopori arah kiblat yang benar secara syariat dan ilmu disikapi serupa, dituding kafir dan dirobohkan masjid yang dibangunnya di Kauman. Kini perangi serupa tertuju ke Muhammadiyah oleh orang-orang yang boleh jadi berilmu. "Mungkin karena merasa benar sendiri atau memang bersikap kerdil yang tentu tak sejalan dengan khazanah dunia ilmu dan akhlak Islam,” kata Dadang. Dadang pun berharap pihak yang tak sejalan dengan pandangan keislaman Muhammadiyah agar kedepankan akal sehat, sikap ilmiah yang objektif, dan keluhuran adab Islam layaknya orang beragama dan berilmu. “Bila di negeri ini para petinggi negeri selama ini begitu gencar menyuarakan moderasi dan toleransi dalam beragama dan berbangsa serta ajakan jangan radikal dan intoler," ungkapnya. Muhammadiyah, tegas Dadang, hanya ingin bukti moderasi beragama tersebut dipraktikkan secara autentik dan nyata bukan hanya ditujukan kepada pihak lain, tetapi di lingkungan sendiri-sendiri agar tidak sekadar retorika dan sepihak seperti pepatah "kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak atau pepatah lain tiba di mulut dimuntahkan, sampai di perut dikempiskan". Secara organisasi, tambah Dadang, Muhammadiyah tetap elegan dalam menyikapi sikap maupun pernyataan negatif seputar perbedaan Idulfitri karena hal tersebut sudah biasa dan terbiasa. "Tunjukkan bahwa warga Muhammadiyah berkeadaban, berilmu, berbangsa, dan bahkan beragama lebih baik di dunia nyata. Apabila dari pernyataan buruk terhadap Muhammadiyah ada yang sudah melewati batas dan dapat masuk ke ranah hukum, maka proses hukum itu selalu terbuka untuk dilakukan sejalan dengan koridor yang dijamin konstitusi dan terhormat dalam berbangsa," urainya. Dadang juga berharap kepada para elite negeri dan cendekia untuk bersama-sama menciptakan suasana beragama dan berbangsa yang lebih kondusif dan bermartabat luhur. Serta menjauhkan diri dari hal-hal tidak atau kurang terpuji yang dapat meretakkan hidup berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia milik bersama. Sebelumnya warganet di Facebook dihebohkan dengan komentar diduga dari pakar astronomi BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) bernama Andi Pangerang Hasanuddin viral di media sosial pada Senin (24/4). Sebab, melalui akun facebooknya bernama AP Hasanuddin mengancam membunuh semua warga Muhammadiyah. Mulanya, Andi Pangerang Hasanuddin atau AP Hasanuddin ini mengomentari status facebook yang ditulis Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin. Thomas Djamaluddin heran dengan Muhammadiyah yang tidak ikuti ketetapan pemerintah dalam penetapan 1 Syawal atau lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah. “Sudah tidak taat kepada keputusan pemerintah, Eh, masih minta difasilitasi tempat sholat Id. Pemerintah pun memberikan fasilitas,” ujar Thomas dalam status facebooknya. Status itu lalu dikomentari oleh AP Hasanuddin dengan narasi ingin halalkan darah warga Muhammadiyah. Dia menilai Muhammdiyah disusupi HTI. “Perlu saya HALALKAN GAK NIH DARAHNYA semua muhammadiyah? apalagi Muhammdiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda Kalender Islam Global dari Gema Pembebasan? BANYAK BACOT EMANG!!!! SINI SAYA BUNUH KALIAN SATU-SATU,” tulisnya. Dia juga menantang agar laporkan status itu ke Polisi. “SILAKAN LAPORKAN KOMEN SAYA DENGAN ANCAMAN PASAL PEMBUNUHAN!!! SAYA SIAP DIPENJARA SAYA CAPEK LIHAT PERGADUHAN KALIAN!!!” lanjutnya. Tidak sampai disitu, dia pu melanjutkan caci makinya; “Kalian Muhammadiyah, meski masih jadi saudara seiman kami, rekan diskusi lintas keilmuan tapi kalian sudah kami anggap jadi musuh bersama dalam hal anti-TBC (takhayul, bidah, churofat) dan keilmuan progresif yang masih egosektoral. Buat apa kalian berbangga-bangga punya masjid, panti, sekolah, dan rumah sakit yang lebih banyak dibandingkan kami kalau hanya egosentris dan egosektoral saja?” kata Hasanuddin. Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Ma’mun Murod Al Barbasy mengecam komentar tersebut. Dia heran sebagai pegawai BRIN bisa berkomentar demikian. Melalui tangkapan layar, komentar Ap Hasanuddin itu viral di Twitter. “Pak Presiden @jokowi, Prof @mohmahfudmd, Pak Kapolri @ListyoSigitP, @DivHumas_Polri, Gus Menag @YaqutCQoumas, Kepala @brin_indonesia bagaimana dengan ini semua? Kok main-main ancam bunuh? BRIN sebagai lembaga riset harusnya diisi mereka yang menampakkan keintelektualannya, bukan justru seperti preman preman,” tulis Ma’mun.