Pakar Hukum Ungkap Tiga Kemungkinan yang Terjadi Dibalik Tewasnya AKBP Buddy Alfrits, Jika Berkaitan dengan Jabatannya Maka...

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 29 April 2023 23:41 WIB
Jakarta, MI - Kasus tewasnya perwira Polisi, Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu masih jadi tanda tanya berbagai pihak. Berdasarkan informasi, ia tertabrak kereta yang sedang melaju di perlintasan kawasan Jatinegara Jakarta Timur, Sabtu (29/4). Pihak kepolisian menduga Buddy bunuh diri, sementara pihak keluarga menduga berkaitan dengan jabatan yang baru saja diembannya. Melihat statusnya (Buddy) sebagai polisi yang bertugas dalam pemberantasan narkoba, maka menurut Pakar hukum pidana dari Universitas Trisakti Abdul Fickar Hadjar ada tiga kemungkinan yang terjadi. "Secara tidak sengaja tertabrak KA, ini kejadian yg nature alamiah saja, karena ketidak hati-hatiannya," ungkap Abdul Fickar Hadjar saat berbincang dengan Monitor Indonesia, Sabtu (29/4) malam. Kemudian, lanjut dia, diduga dikondisikan agar tertabrak, artinya kematiannya memang dikehendaki. "Sebabnya bisa macam macan yg intinya merugikan kelompok tertentu," lanjutnya. Selanjutnya, kata dia, kesengajaan yang merupakan keputusan dari korban (Buddy) sendiri. "Itu kemungkinan-kemungkinan yang terjadi karena ada atau tidak adanya mafia," ujarnya Namun demikian, tegas Abdul Fickar, jika dikaitkan dengan status korban sebagai petugas negara. Maka sangat mungkin kematian ini bagian dari hasil rekayasa pihak-pihak yg memang menghendaki kematian korban. "Motifnya menjadi sangat mungkin korban merugikan kelompok," tutupnya. Sebagaimana diketahui, bahwa Polisi sementara ini menduga Buddy bunuh diri dengan menabrakan diri ke kereta. “Untuk motif ini (bunuh diri) masih di dalami,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko kepada wartawan di Stasiun Jatinegara, Sabtu (29/4). Buddy Towuliu, sudah lama menderita penyakit empedu. Ia diketahui sering diberi izin berobat, dan menjalani sejumlah tindakan medis untuk menyembuhkan penyakitnya. “Jadi beliau ini baru serah terima, begitu ke Polres Jaktim menghadap ke Kapolres langsung minta izin karena sakit empedu, tentu ini menjadi bagian dari penyidikan” katanya. Menurutnya, penyakit empedu yang diderita oleh AKBP Buddy Towuliu sudah kronis. Sementara itu, keluarga menduga tewasnya Kasat Narkoba Polres Jaktim itu berkaitan dengan jabatan Kasat Narkoba Polres Jakarta Timur yang baru diembannya. “Kami menduga karena ada jabatan baru mungkin ada yang diduga dia mau sidik, kan Kasat Narkoba, kan narkoba di situ kan berhadapan di situ mafia, pelaku-pelaku mafia,” kata Paman Buddy, Cyprus A Tatali kepada wartawan, Sabtu (29/4) malam. Ia mengklaim bahwa AKBP Buddy dalam kondisi sehat serta tak ada permasalahan apapun dengan keluarga. “Yang memunculkan kecurigaan itu karena semua berjalan sehat, keluarga baik, soal ekonomi tidak mungkin mati lapar, nah kebutuhan-kebutuhan pemain seperti itu. Ini jadi pertanyaan besar dari kami keluarga,” ungkapnya. “Kalau tahu-tahu karena jabatan kasat narkoba, lebih baik tak perlu jabatan itu kalau membawa binasa gini bagi keluarga kami. Anggota polisi biasa saja lah,” timpalnya. Janggal Keluarga pun menyebut ada kejanggalan di balik kematian Buddy secara mendadak. Keluarga pun menganggap dugaan Buddy bunuh diri di rel kereta api tak masuk akal. “Karena jabatan kasat narkoba, itu jadi pertanyaan besar, dengan kematian mendadak. Tahu-tahu ada berita ditabrak. Tak logis bagi kami bagi keluarga,” imbuhnya.