Harga CPO Naik ke Rekor Tertinggi Sepanjang Masa Akibat Indonesia Batasi Ekspor

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 30 Januari 2022 12:06 WIB
Monitorindonesai.com – Harga crude palm oil (CPO) melonjak 3,38% ke 5.628 ringgit Malaysia atau Rp19,32 juta per ton pada perdagangan Jumat lalu (28/1/2022). Angka ini merupakan harga minyak sawit yang tertinggi sepanjang masa. Pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura, Sathia Varqa, kepada The Edge Markets mengatakan CPO diperdagangkan pada rekor harga tertinggi didorong oleh keputusan Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia, membatasi ekspor. Selain itu, lanjut Varga, kenaikan harga CPO juga dipicu produksi yang menurun di Malaysia sebesar 11,3% menjadi 1,45 juta ton pada Desember dari bulan sebelumnya. Hal ini akibat Malaysia yang menjadi produsen CPO terbesar kedua di dunia setelah Indonesia mengalami banjir yang menghancurkan tanaman di beberapa daerah. Di sisi lain negara itu juga menghadapi kekurangan tenaga kerja terkait pembatasan terkait Covid-19. Sebelumnya Kementerian Perdagangan (Kemendag) menerapkan kebijakan domestic market obligation (DMO) serta domestic price obligation (DPO) untuk minyak sawit. Keputusan inilah yang menyebabkan harga CPO dunia sontak melonjak. Seperti diberitakan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menetapkan bahwa mulai 27 Januari 2022 kebijakan DMO dan DPO minyak goreng berlaku efektif. Kebijakan ini bertujuan untuk memenuhi ketersediaan minyak goreng dengan harga terjangkau. “Kebijakan DMO minyak goreng atau kewajiban pasokan ke dalam negeri berlaku wajib bagi seluruh produsen yang akan melakukan ekspor. Nantinya, seluruh eksportir wajib memasok minyak goreng ke dalam negeri sebesar 20% dari volume ekspor mereka masing-masing,” jelas Mendag Muhammad Lutfi. Dalam kebijakan DPO ini pemerintah menetapkan Rp9.300 per kg untuk CPO dan Rp10.300 per liter untuk olein. Pembatasan ekspor minyak sawit Indonesia ini telah menjungkirbalikkan pasar minyak nabati global dengan menjadikan minyak nabati yang secara tradisional termurah menjadi yang paling mahal di antara tiga minyak nabati utama yang diperdagangkan di seluruh dunia. Hal ini sebab Indonesia mengumumkan kewajiban penjualan domestik wajib 20% untuk semua produsen kelapa sawit dalam upaya untuk mendinginkan harga minyak goreng lokal. Langkah tersebut mengangkat minyak sawit berjangka Malaysia ke rekor tertinggi pada hari Jumat. Kenaikan harga kemungkinan akan mendorong pembeli utama seperti India, Cina, Pakistan dan beberapa negara Afrika untuk beralih ke minyak kedelai dan minyak bunga matahari saingan, yang tersedia dengan harga diskon untuk minyak sawit untuk pengiriman Februari. "Pembatasan ekspor Indonesia telah mengubah dinamika pasar," kata Sandeep Bajoria, kepala eksekutif Sunvin Group, perusahaan pialang dan konsultan minyak nabati yang berbasis di Mumbai, India. "Sudah, pasar minyak nabati terganggu oleh cuaca dan masalah tenaga kerja. Kebijakan pemerintah kini menambah ketidakpastian," ujarnya.   Sumber: The Edge Markets