Harga Minyak Turun 3 Persen, Investor Khawatir Bunga Fed Naik Picu Resesi

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 23 Juni 2022 07:48 WIB
Jakarta, MI - Harga minyak turun sekitar 3 persen pada Rabu (22/6) lantaran investor khawatir kenaikan suku bunga Federal Reserve (the Fed) dapat memicu ekonomi AS ke dalam resesi, sehingga mengurangi permintaan bahan bakar. Harga minyak mentah berjangka Brent turun US$ 2,91, atau 2,5 persen, menjadi US$ 111,74 per barel. Harga minyak patokan global ini sempat mencapai level US$ 107,03, terendah sejak 19 Mei. Selanjutnya, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 3,33, atau 3 persen, menjadi US$ 106,19 per barel setelah sempat mencapai US$ 101,53, terendah sejak 11 Mei. Investor menilai pada Rabu (22/6) kenaikan suku bunga yang dirancang the Fed untuk mendinginkan lonjakan inflasi dapat menghambat pemulihan ekonomi. Namun, harga minyak memangkas pelemahan setelah Ketua Fed Jerome Powell menjanjikan fokus menyeluruh untuk menurunkan inflasi. Powell juga menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga the Fed akan disesuaikan prospek ekonomi. "Powell tampaknya mengubah suasana pasar dengan yakin tentang ekonomi AS," kata analis Price Futures, Phil Flynn. "Kata-katanya telah menenangkan pasar dan menurunkan harga untuk jangka pendek." Sementara itu, Presiden AS Joe Biden meminta Kongres untuk meloloskan penangguhan pajak bensin federal selama tiga bulan untuk menekan harga pompa dan memberikan bantuan sementara bagi keluarga Amerika pada musim panas ini. Sementara harga minyak di SPBU yang lebih rendah sebenarnya dapat meningkatkan permintaan bahan bakar dan mendukung harga minyak mentah. Analis PVM Stephen Brennock mengatakan para trader khawatir bahwa pemerintahan Biden mungkin mengambil tindakan lebih lanjut untuk mendinginkan lonjakan harga energi. Adapun anggota parlemen dari kedua partai besar telah menyatakan penolakannya untuk menangguhkan pajak bensin federal. Gedung Putih meminta kepala eksekutif tujuh perusahaan minyak untuk pertemuan pada Kamis (23/6) guna membahas peningkatan kapasitas produksi dan mengurangi harga bensin yang mencapai sekitar US$ 5 per galon. Biden secara terbuka mengkritik Big Oil karena mengambil keuntungan besar. Namun Biden jarang berbicara langsung dengan kepala perusahaan energi atau perwakilan mereka. CEO Chevron Michael Wirth mengatakan mengkritik industri minyak bukanlah cara untuk menurunkan harga bahan bakar dan pemerintah harus mengubah pendekatannya. Biden menjawab bahwa dia tidak menyadari bahwa para eksekutif minyak bisa "membuat perasaan mereka terluka semudah itu”. Sebelumnya kapasitas penyulingan minyak AS turun pada 2021 untuk tahun kedua berturut-turut, data pemerintah menunjukkan karena penutupan pabrik mengurangi kemampuan memproduksi bensin dan solar. Stok minyak mentah AS naik sekitar 5,6 juta barel pekan lalu, persediaan bensin meningkat 1,2 juta barel, sementara stok sulingan turun sekitar 1,7 juta barel, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Rabu (22/6).

Topik:

Harga minyak suku bunga Minyak mentah Inflasi AS the Fed