Bursa Efek : Kenaikan Suku Bunga BI Gerus Minat Investor

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 27 Oktober 2023 14:34 WIB
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia  (Foto : Bloomberg)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (Foto : Bloomberg)

Jakarta, MI - BEI sangat menyoroti kenaikan suku bunga acuan baik di tingkat domestik maupun internasional. Muncul kekhawatiran bahwa minat investasi saham akan terpengaruh oleh keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan BI Rate sebesar 6%. Akibatnya, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) juga diragukan lagi akan terkena dampak.

"Kenaikan suku bunga ini kan mengakibatkan kupon obligasi dari pemerintah itu naik, sehingga secara otomatis minat terhadap instrumen saham turun," kata Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik kepada Wartawan, saat acara Capital Market & Summit Expo (CMSE) 2023, Kamis (26/10).

Bank sentral Amerika Serikat, juga dikenal sebagai Federal Reserve, juga telah menaikkan bunga acuan dalam beberapa waktu terakhir. Terbaru, lembaga yang dipimpin oleh Jerome Powell diperkirakan akan kembali menaikkan bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan November mendatang.

Dengan berita ini, yield treasury AS dalam jangka waktu sepuluh tahun menyentuh titik tertingginya. Ketika kupon obligasi atau yield meningkat, pelaku pasar menunjukkan ekspektasi kenaikan suku bunga. Investor dinilai mulai menggunakan surat utang dengan risiko rendah.

Jeffrey menyatakan bahwa masyarakat akan lebih memilih untuk berinvestasi di instrumen pasar modal seperti obligasi.

Di acara CSME, Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, "Kita tahu kondisi luar masih belum kondusif." BEI mematok RNTH akhir tahun di level Rp10,75 triliun, yang dianggap cukup realistis mengingat kondisi makro saat ini.

 Secara keseluruhan, pasar masih cukup optimistis tentang prospek ekonomi nasional tahun depan. Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2024 masih mempertimbangkan sejumlah target dengan hati-hati. (Ran)