Rupiah Masih Akan Mengalami Tekanan Pekan Depan

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 12 November 2023 14:27 WIB
Ilustrasi Menghitung Uang Rupiah (Foto: Shutterstock)
Ilustrasi Menghitung Uang Rupiah (Foto: Shutterstock)

Jakarta, MI - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan tertekan pada pekan depan, didorong oleh sentimen global seperti data ekonomi AS maupun sentimen domestik.

Rupiah sepanjang pekan ini kembali menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) meski secara mayoritas menunjukkan tren pelemahan, hanya menguat sekali dan terkoreksi dalam 4 hari perdagangan. Nilai tukar rupiah pada akhir penutupan Jumat lalu (10/11) berakhir di posisi Rp15.690/US$, melemah 0,26% secara harian.

Direktur Indosukses Futures Maruli Tua Sinambela mengatakan rupiah mungkin masih mengalami tekanan pekan depan. Hal itu terjadi  karena investor cenderung menghindari asset asset yang berisiko.

“Menurut hemat saya dalam konteks ini, rupiah mungkin masih mengalami tekanan negatif karena investor cenderung menghindari aset berisiko dalam suasana ketidakpastian global, ungkap Maruli kepada MonitorIndonesia.com, Minggu (12/11).

Maruli memperkirakan, bahwa tekanan global dari AS dan Tiongkok akan terus mempengaruhi sentiment negatif terhadap nilai tukar rupiah.

“Kenaikan imbal hasil Treasury AS dan lemahnya permintaan dari Tiongkok dapat memengaruhi sentimen terhadap mata uang rupiah, yang perlu dipantau secara cermat dalam dinamika pasar yang terus berubah,” ungkap Maruli.

Maruli juga memaparkan, bahwa pasar ekuitas di kawasan Asia-Pasifik sebelumnya telah menghadapi tekanan pada hari Jumat (10/11). Hal ini terjadi seiring berlanjutnya suasana suram, dari kejadian pada sesi market Amerika Serikat pada kamis malam.

“Kenaikan imbal hasil Treasury dan pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengenai upaya lebih lanjut untuk menurunkan inflasi telah memicu penurunan pada indeks acuan S&P 500 AS, yang berdampak negatif pada bursa saham Asia,” ungkap Maruli.

“Meskipun demikian, Kospi Korea Selatan mengalami kenaikan mingguan sebesar 1,75%, sementara Nikkei 225 Jepang turun 0,24%. Di AS, indeks utama Wall Street melemah dengan S&P 500 turun 0,81%,” pungkasnya.(Ran)