Ekonom: Hilirisasi Nikel Merupakan Ekosida

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 23 Januari 2024 07:12 WIB
Andry Satrio Nugrhoho dalam acara Tanggapan Indef atas Debat Keempat Cawapres. Senin (22/1). (Foto: Ist)
Andry Satrio Nugrhoho dalam acara Tanggapan Indef atas Debat Keempat Cawapres. Senin (22/1). (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menyebut hilirisasi nikel yang saat ini dijalankan pemerintah merupakan bentuk dari ekosida. Ekosida ini adalah perusakan lingkungan ekosistem akibat adanya aktivitas manusia.

Selama ini, menurut Andry aktivitas yang dilakukan di kawasan nikel memberikan dampak negatif lingkungan yang cukup besar.

"Kalau kita lihat di daratannya banjir bandang cukup besar. Sawah dari petani menjadi susah untuk memanen karena wilayahnya sudah terkena sedimentasi limbah," katanya dalam acara Tanggapan Indef atas Debat Keempat, Senin (22/1).

Dampak dari kerusakan lingkungan juga berdampak buruk bagi nelayan karena hasil tangkapannya menurun. Karena pekerjaan-pekerjaan tradisional tersebut terganggu, akhirnya berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat di wilayah hilirisasi.

"Pada akhirnya berpengaruh terhadap implikasi peningkatan kemiskinan dan ke depannya terkait stunting yang masih besar di wilayah lumbung nikel," katanya.

Andry mengatakan banyaknya persoalan lingkungan dan sosial justru banyak sekali berada di wilayah hilirisasi, wilayah pertambangan, wilayah investasi, ini mencerminkan bahwa investasi yang masuk ke Indonesia hanya fokus kepada kuantitas saja, bukan kualitas dari investasinya.

Kualitas dari investasi tersebut bisa dilihat dari apakah investasi tersebut bisa mendatangkan lapangan pekerjaan, apakah investasi tersebut berimplikasi terhadap peningkatkan mutu dari lingkungan. Yang ini tidak terjadi, bahkan menghilangkan lapangan pekerjaan tradisional dan memberikan dampak destruktif terhadap lingkungan.