Tak Mau Kalah dari China dan Rusia, AS Sukses Uji Rudal Hipersonik ARRW

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 13 Desember 2022 05:30 WIB
Jakarta, MI - Angkatan Udara AS berhasil melakukan uji pertama dari rudal hipersonik dengan sistem peluncuran di udara secara penuh meski sebelumnya mengalami serangkaian penundaan karena kegagalan pengujian, menurut Angkatan Udara negara itu dalam sebuah pernyataan. Prototipe lengkap dari sistem senjata respons cepat yang diluncurkan dari udara itu, atau dikenal sebagai ARRW, diluncurkan dari kawasan B-52 lepas pantai California pada hari Jumat pekan lalu. Rudal jenis AGM-183A itu mencapai kecepatan hipersonik lebih dari lima kali kecepatan suara dan meledak di area terminal, menurut tim penguji Test Wing ke-96. Semua target yang diuji terpenuhi, menurut pihak Angkatan Udara AS sebagaimana dikutip CNN.com, Selasa (13/12). ARRW adalah rudal yang menggunakan roket pendorong untuk mempercepat proyektil menuju kecepatan hipersonik. Kendaraan luncur kemudian berpisah dari pendorong dan menggunakan kelembaman untuk melakukan perjalanan ke sasarannya dengan kecepatan hipersonik. Tes tersebut adalah yang pertama dari keseluruhan sistem, yang dikenal sebagai tes All-Up-Round. Peluncuran sebelumnya difokuskan pada roket pendorong. Rudal ARRW mengalami serangkaian kegagalan dalam pengujian tahun lalu sehingga memaksa Angkatan Udara untuk menunda proyek tersebut. Pihak Angkatan Udara menggambarkan kegagalan itu sebagai "anomali". Militer AS kemudian berhasil melakukan uji peluncuran roket dengan komponen untuk pengembangan senjata hipersonik di Wallops Flight Test Facility di Virginia bulan lalu. AS dilaporkan terus meningkatkan pengembangan senjata hipersonik untuk mengejar China dan Rusia, kata seorang laksamana senior. Pentagon telah meningkatkan penekanan pada pengujian dan pengembangan senjata hipersonik, terutama karena China dan Rusia telah menunjukkan kemajuan dalam program mereka sendiri. Rusia mengerahkan rudal hipersonik Kinzhal di Ukraina sekaligus menandai untuk pertama kalinya senjata semacam itu digunakan dalam perang. Selama pengujian tahun lalu, rudal hipersonik China terbang ke seluruh dunia sebelum mengenai sasarannya. Senjata hipersonik bergerak dengan kecepatan lebih dari Mach 5, atau sekitar 4.000 mil per jam sehingga membuatnya sulit dideteksi dan dicegat tepat waktu. Rudal juga dapat bermanuver dan memvariasikan ketinggian sehingga memungkinkan mereka untuk menghindari sistem pertahanan rudal saat ini. Ketika negara-negara adidaya lainnya terus mengembangkan senjata hipersonik mereka, AS mendapati dirinya semakin tertinggal akibat kegagalan pengujian. Pada bulan Mei, sistem hipersonik lain yang disebut Common Hypersonic Glide Body gagal selama tes lengkap pertamanya karena "anomali", menurut Pentagon. Tes sistem sebelumnya, sebuah usaha patungan antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut, juga gagal.