Sedikitnya 100 Orang Tewas Akibat Banjir di Kongo

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 14 Desember 2022 07:39 WIB
Jakarta, MI - Sedikitnya 100 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat banjir dan tanah longsor yang meluas setelah terjadi hujan lebat di ibu kota Republik Demokratik Kongo, Kinshasa. Perdana Menteri Jean-Michel Sama Lukonde mengatakan para pejabat masih mencari lebih banyak mayat yang belum ditemukan. Dia mengaku mengunjungi wilayah itu untuk mempelajari kerusakan dan korban manusia. "Kami datang untuk menaksir kerusakan dan kerusakan utama yang kami lihat adalah manusia," katanya di televisi negara seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (14/12). Kinshasa dulunya merupakan kumpulan desa nelayan di tepi Sungai Kongo. Kota itu kemudian tumbuh menjadi salah satu kota terbesar di Afrika dengan populasi sekitar 15 juta. Urbanisasi cepat yang tidak diatur dengan baik telah membuat Kinshasa semakin rentan terhadap banjir bandang setelah hujan lebat, yang semakin sering terjadi karena perubahan iklim. Sekitar 12 juta orang tinggal di 24 wilayah Kinshasa yang terkena banjir, menurut tiga pejabat setempat yang mengatakan kepada kantor berita AP. Di daerah Ngaliema, lebih dari 36 orang tewas dan jenazah masih dihitung, kata walikota daerah itu, Alid'or Tshibanda. Jalan arteri di pusat Kinshasa terendam. Gambar yang dibagikan di media sosial menunjukkan tanah longsor di distrik berbukit Mont-Ngafula sehingga menutup jalan yang menjadi rute pasokan utama yang menghubungkan ibu kota dengan pelabuhan Matadi di Samudera Atlantik. Gambar lain menunjukkan seluruh lingkungan dibanjiri air berlumpur dan jalan-jalan berlubang. "Kami belum pernah melihat banjir sebesar ini di sini," kata Blanchard Mvubu, yang tinggal di Mont-Ngafula, kepada wartawan AFP di tempat kejadian. “Saya sedang tidur, dan saya bisa merasakan air di dalam rumah… ini bencana. Kami kehilangan semua harta benda kami di rumah dan tidak ada yang bisa diselamatkan," ujarnya. Di dekatnya, seorang pemuda meminta 500 franc Kongo (US$0,24) dari orang yang lewat untuk membawanya di punggungnya melintasi jalan yang terendam. Sedangkan pria lain, yang mengidentifikasi dirinya sebagai seorang guru, sedang berjalan tanpa alas kaki di genangan air sambil memegang sepasang sepatu di satu tangan dan tas plastik dengan dokumen di tangan lainnya. "Saya tidak punya pilihan lain. Saya harus memberikan ujian kepada anak-anak sekolah,” katanya. Setidaknya 39 orang tewas di Kinshasa pada 2019 ketika hujan deras membanjiri distrik dataran rendah dan beberapa bangunan serta jalan runtuh. Selain infrastruktur yang rusak, setiap hari banjir di Kinshasa merugikan rumah tangga sebesar US$1,2 juta karena gangguan transportasi skala besar, menurut makalah Bank Dunia 2020.

Topik:

Banjir Tewas Kongo