Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan 1.900 Warga Palestina

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 14 Oktober 2023 10:04 WIB
Jakarta, MI - Jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan udara besar-besaran Israel terhadap Jalur Gaza telah meningkat menjadi 1.900 orang. Dilansir dari Anadolu Agency, Sabtu (14/10), dalam sebuah pernyataan, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa 614 anak-anak dan 370 wanita termasuk di antara korban tewas dalam serangan Israel. Menyerukan diakhirinya serangan Israel, pernyataan itu mengatakan bahwa jumlah orang yang terluka telah meningkat menjadi 7.696, termasuk 2.000 anak-anak dan 1.400 wanita. Sebanyak 15 petugas kesehatan juga tewas, dan 27 lainnya terluka dalam serangan Israel, tambahnya. Lebih lanjut, pernyataan tersebut mengatakan bahwa Rumah Sakit Anak Al-Durra di Gaza diserang dengan bom fosfor putih oleh tentara Israel dan pasien serta staf dipindahkan ke Rumah Sakit Anak El Nasr. Memburuknya sistem layanan kesehatan di Gaza ditekankan dalam pernyataan tersebut dan seruan dibuat untuk pembentukan koridor yang aman untuk memfasilitasi evakuasi orang-orang yang terluka, serta untuk pengiriman bahan bakar, pasokan medis, dan personel layanan kesehatan ke Gaza. wilayah. Dalam peningkatan ketegangan Timur Tengah yang dramatis, pasukan Israel melancarkan kampanye militer yang berkelanjutan dan kuat terhadap Jalur Gaza, sebagai respons terhadap serangan militer oleh kelompok Palestina Hamas di wilayah Israel. Konflik tersebut dimulai pada Sabtu (7/10) lalu ketika Hamas memulai Operasi Banjir Al-Aqsa terhadap Israel, sebuah serangan mendadak yang memiliki banyak aspek termasuk rentetan peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara. Hamas mengatakan operasi tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza. Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung sejak tahun 2007.