Pasca Habisi Brigadir J, Ferdy Sambo Mengaku Panik!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 7 Desember 2022 18:29 WIB
Jakarta, MI - Saksi yang juga berstatus terdakwa, Ferdy Sambo, memberikan kesaksiannya dalam kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J terkait penembakan yang terjadi di rumah dinasnya di Kompleks Polri Duren Tiga. “Saya teringat apa yang dilakukan Yosua terhadap istri saya, karena di Saguling saya tidak bertemu. Saya perintahkan Romer untuk berhenti, Romer biasanya kalau berhenti langsung turun, tapi saya masih berpikir apakah saya konfirmasi hari ini,” ungkap Ferdy Sambo menjawab pertanyaan hakim soal kehadiran Yosua di Duren Tiga saat Sambo melintas di sekitar lokasi, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (7/12). “Kemudian saya perintahkan jalan lagi ‘udah jalan aja’, tapi saya putuskan untuk berhenti dan konfirmasi hari itu juga. Kemudian saya turun, senjata saya jatuh kemudian saya ambil dan saya masuk ke Duren Tiga,” sambungnya. “Senjata apa?,” tanya hakim. “Senjata yang selalu saya pegang yaitu Combat Wilson kaliber 45,” jawab Sambo. Sambo kemudian menjelaskan dirinya memasuki Rumah Duren Tiga. Dirinya melihat Ricky yang sedang memarkirkan mobil, serta bertemu Kuat Ma’ruf di dapur dan menyuruhnya memanggil Yosua. “Saya masuk ke dalam, kemudian Richard turun. Setelah itu Yosua masuk bersama Kuat, dan Ricky di belakangnya. Begitu masuk, saya sudah emosi waktu itu karena mengingat perlakuan Yosua waktu itu. Saya kemudian berhadapan dengan Yosua,” papar Sambo. “Saya sampaikan kepada Yosua ‘Kenapa kamu tega sama Ibu?’ jawaban Yosua tidak seperti yang saya harapkan. Dia malah nanya balik ‘Ada apa komandan?’ seperti menantang saya. Kemudian lupa saya tidak bisa mengingat lagi, saya bilang 'Kamu kurang ajar’. Saya perintahkan Richard untuk ‘hajar cad’,” ungkap Sambo. “Bagaimana saudara perintahkan Richard?,” tanya hakim. ’Hajar Cad! Kamu hajar Cad!’ kemudian ditembaklah Yosua sambil maju sampai roboh. Itu kejadian cepat sekali Yang Mulia, tidak sampai sekian detik,” ucap Sambo. “Karena cepat sekali penembakkan itu, saya kaget Yang Mulia. Saya perintahkan ‘stop berhenti’ begitu melihat Yosua jatuh, kemudian sudah berlumuran darah. Kemudian saya jadi panik Yang Mulia. Saya tidak tahu bagaimana menyelesaikan penembakkan ini,” tegas Sambo