Gurita Korupsi di Kemenkeu: Jadi Ingat Kata Kapolri Sigit, Ikan Busuk Dimulai dari Kepala

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 12 Maret 2023 01:22 WIB
Jakarta, MI - Kementerian Keuangan terus mendapat sorotan masyarakat yang sudah terlanjur kecewa, sebab pelayanan publik belum optimal, sedangkan para pejabatnya pamer kekuasaan dan kekayaan. Bahkan kuat dugaan ada tindak pidana pencucian uang didalamnya. Ini berawal dari Rafael Alun Trisambodo hingga merembet ke rekannya di Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) dan Bea Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yakni Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto dan Kepala Kantor Bea Cukai Makassar Andhi Pramono dan lainnya yang juga harta kekayaannya cukup melejit. Menkeu Sri Mulyani pun sudah geram dengan kasus ini, tidak ada yang kurang dari kegeramannya itu. Bahkan ia menyampaikan pernyataan tertulisnya di akun media sosial Instagram, pada 22 Februari 2023 lalu yaitu "Kepercayaan publik adalah hal esensial dan fondasi yang harus dijaga bersama". Namun pada faktanya, kini ditemukan transaksi mencurigakan di Kemenkeu Rp 300 triliun selama sekitar 13 tahun, sejak 2009 sampai saat ini. Transaksi mencurigakan itu melibatkan ratusan orang dikemukakan oleh Menko Polhukam Mahfud Md. Sri Mulyani Indrawati pun sudah buka-bukaan soal kasus yang melibatkan instansi yang dipimpinnya itu. Dalam konfrensi pers di Gedung Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Sri Mulyani menyebut ada ratusan transaksi janggal Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kantornya. Sri Mulyani mengungkapkan, sejak tahun 2007 hingga 2023, Kemenkeu setidaknya sudah mendapatkan laporan sebanyak 266 surat oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), di mana sebanyak 185 surat adalah permintaan dari kementeriannya. "Artinya kami yang meminta PPATK untuk menyampaikan informasi menyangkut suatu data dari ASN di bawah Kemenkeu karena kami bertugas untuk mengawasi dan membimbing," ungkap Sri Mulyani pada Sabtu (11/3). Jadi Ingat Pernyataan Kapolri Ikan Busuk Dimulai dari Kepala Pada beberapa waktu silam, Jenderal Sigit menegaskan tidak akan ragu memotong sumber penyakit institusi di bawahnya, bak memotong kepala ikan yang busuk. Sigit mengutip peribahasa "ikan busuk dari kepalanya". Artinya, suatu organisasi atau negara gagal disebabkan oleh masalah kepemimpinan sebagai sumber masalahnya. "Ada pepatah, ikan busuk mulai dari kepala, kalau pimpinannya bermasalah, bawahannya akan bermasalah juga. Pimpinan harus jadi teladan sehingga bawahannya akan meneladani. Karena kita tidak mungkin diikuti kalau kita tidak memulai yang baik, kita tidak mungkin menegur kalau tidak jadi teladan, harus mulai dari pemimpin atau diri sendiri. Ini yang saya harapkan rekan-rekan mampu memahami. Hal yang dijalankan penuh keikhlasan akan menjadi buah keikhlasan. Tolong ini diimplementasikan bukan hanya teori dan pepatah," tutur Sigit saat itu. Sigit memastikan dirinya beserta pejabat utama Mabes Polri memiliki komitmen untuk memberikan reward kepada personel yang menjalankan tugasnya dengan baik dan bekerja keras untuk melayani serta mengayomi masyarakat. Namun sebaliknya, Sigit menegaskan sanksi tegas akan diberikan kepada seluruh personel yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, atau melanggar aturan yang ada. Bahkan, Sigit tak ragu untuk menindak tegas pimpinannya apabila tidak mampu menjadi teladan bagi jajarannya apabila ke depannya masih melanggar aturan. "Namun terhadap anggota yang melakukan kesalahan dan berdampak kepada organisasi, jangan ragu melakukan tindakan. Kalau tak mampu membersihkan ekor, kepalanya akan saya potong. Ini semua untuk kebaikan organisasi yang susah payah berjuang. Menjadi teladan, pelayan dan pahami setiap masalah dan suara masyarakat, agar kita bisa ambil kebijakan yang sesuai," sebut Sigit.

Topik:

Kapolri kemenkeu