Kasus Formula E, Pukat UGM: Publik Harus Bela KPK Agar Independen

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 24 Juni 2023 17:28 WIB
Jakarta, MI - Peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM Zaenur Rohman menegaskan, publik harus dapat membela Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam pengungkapan kasus dugaan korupsi Formula E yang menyeret mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang juga calon presiden (Capres) 2024 yang diusungkan partai NasDem. "Publik tidak perlu membela Anies, tapi bela KPK agar tetap independen dalam penegakan hukumnya. Saya pikir Anies Baswedan sudah banyak yang bela," kata Zaenur dalam tayangan MetroTv seperti dilihat Monitor Indonesia, Sabtu (24/6). "Jangan sampai KPK digunakan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," sambungnya. Sebagiamana diketahui, desas-desus Anies Baswedan yang menjadi target KPK berawal dari keterangan Denny Indrayana. "Bukan hanya saya, banyak yang sudah menyatakannya. Feri Amsari, Zainal Arifin Mochtar, misalnya, dalam beberapa podcast sudah menyatakan, pentersangkaan adalah salah satu skenario pamungkas Istana untuk menjegal Anies Baswedan menjadi kontestan dalam Pilpres 2024," kata Denny melalui keterangan tertulis, Rabu (21/6). Denny menyebut KPK telah belasan kali mengkaji penanganan perkara itu. Salah satu informannya mengatakan Anies sudah ditarget. Sebelumnya, Anies Baswedan juga sudah menegaskan bahwa dirinya tidak korupsi dalam proyek Formula E tersebut. Anies pun mempersilakan untuk melihat semua laporan negara terkait Formula E. "Tidak, tidak sama sekali, saya tidak melakukan korupsi, dan itu bisa dilihat oleh semua laporan negara," kata Anies dalam tayangan YouTube program 'Kick Andy Double Check', Minggu (18/6) lalu. Dia menjelaskan manfaat dari pembangunan sirkuit Formula E di Jakarta International e-Prix Circuit (JIEC), Ancol, Jakarta Utara tersebut. Kata Anies, manfaat yang sangat nyata adalah pergerakan perekonomian yang tidak hanya menyasar level menengah dan atas saja. "Dan yang meraih manfaat bukan cuma yang level tengah dan atas, justru sampai ke bawah merasakan, jadi pergerakan perekonomian itu luar biasa," katanya. "Kalau boleh jujur, visibility statisnya pengeluaran kira-kira 450 an (juta), manfaatnya 1,2 triliun, itu visibility, ternyata yang terjadi justru di atas dua kali lipat dari itu, ini adalah satu manfaat ekonomi yang luar biasa," tambah Anies. Anies menyebut, dalam penyelenggaraan Formula E tahun 2022 lalu, pergerakan perekonomian yang terjadi di Jakarta akibat event tersebut mencapai Rp 2,4 triliun. "Alhamdulillah sudah terlaksana dua kali, tahun 2022 dan 2023. Kalau yang event 2023 baru dua minggu lalu, hitungan ekonominya belum lihat kita. Tapi yang 2022 kita lihat pemasukan sponsor baik, penonton tinggi, jadi income, revenue, itu menutup cost," ungkapnya. (AL)