Brigadir RAT Tembak Diri atau Kecelakaan? Psikolog Forensik Ungkap Dugaan Intimidasi

Tim Redaksi
Tim Redaksi
Diperbarui 2 Mei 2024 19:03 WIB
Brigadir RAT saat ditemukan tewas di dalam mobil (Foto: Ist)
Brigadir RAT saat ditemukan tewas di dalam mobil (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Langkah pihak Polres Metro Jakarta Selatan (Jaksel) yang menyimpulkan bahwa penyebab Brigadir Ridhal Ali Tomi (RAT) tewas lantaran mengakhiri hidup dengan menembakkan pistol HS berkaliber 9 mm ke kepalanya dinilai terlalu cepat.

"Polisi tampaknya menyimpulkan bunuh diri pada fakta (rekaman CCTV, misalnya) bahwa pihak yang menarik pelatuk senpi adalah Brigadir RAT sendiri," kata Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, Kamis (2/5/2024).

Menurut Reza, ketika Brigadir RAT menembak dirinya sendiri maka hal tersebut tidak serta-merta bisa disimpulkan sebagai upaya mengakhiri hidup.  Kata dia, banyak faktor yang masih perlu diselidiki, misalnya Brigadir RAT kaget dan tidak sengaja menarik pelatuk dari pistol yang dibawanya.

Jika memang faktanya seperti itu, maka apa yang dilakukan Brigadir RAT tidak masuk kategori mengakhiri hidup tetapi kecelakaan. Pertanyaannya, kata dia, apakah karena pelatuk ditarik RAT sendiri, maka serta merta dan mutlak itu adalah bunuh diri? 

"Tentu tidak. Bayangkan RAT memang memegang senpi di dekat kepala tanpa niat ia tembakkan. Tiba-tiba petir menggeledek, RAT kaget, pelatuk ditarik, mati. Itu kecelakaan, bukan bunuh diri," bebernya.

Selain itu, menurut Reza, masih ada kemungkinan lain terkait penyebab tewasnya Brigadir RAT yaitu lantaran adanya intimidasi dari pihak lain.  Menurut Reza, Jika hal tersebut terjadi, tewasnya Brigadir RAT bukanlah kasus tunggal.

Untuk itu, Reza menegaskan perlunya penyelidikan mendalam terkait penyebab Brigadir RAT sampai berniat mengakhiri hidup. "Sebab musabab jari RAT menarik pelatuk perlu dicari tahu," katanya.

Lantas bagaimana sudut pandang psikologi forensik seseorang mengakhiri hidupnya?

Menurut Reza, dilakukan sukarela hingga yang bersangkutan memahami bahwa perbuatannya mengakibatkan kematian. 

"Dari sudut psikologi forensik, kematiannya baru bisa disimpulkan seabgai bunuh diri hanya jika terpenuhi tiga syarat yaitu perbuatannya sepenuhnya sukarela (voluntary). Lalu, niatnya (Brigadir RAT) menarik pelatuk semata-mata untuk bunuh diri dan bukan melukai atau pun membuat cacat, serta pemahaman yang bersangkutan bahwa perbuatannya dapat mengakibatkan kematian," beber Reza.

Dari syarat tersebut, Reza mengungkapkan perlunya penyidik Polres Metro Jakarta Selatan untuk melakukan autopsi psikologi forensik. "Syarat ke-1 terpenuhi. Syarat ke-2, boleh ya (terpenuhi) boleh tidak. Syarat ke-3, entahlah. Untuk menjawabnya secara lengkap, butuh autopsi psikologi forensik. Masalahnya, kali ini psifor justru tak Polres Jaksel libatkan," tandasnya.

Kepolisian kini membuka peluang kasus tewasnya Brigadir RAT untuk dibuka kembali. Sejumlah pakar hukum menilai ini merupakan hal baik, karena masih banyak aspek yang harus didalami dari kasus tewasnya Brigadir RAT setelah sebelumnya Polres Metro Jakarta selatan menutup kasus dengan kesimpulan tewas bunuh diri.

Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan motif kasus ini sedang didalami. Namun, Kapolri meminta hal teknis ditanyakan ke jajaran Polda dan Polres yang menangani kasus.


 Menurut Kepala Satuan Reserse dan Kriminal (Kasat reskrim) Polrestro Jakarta Selatan AKBP Bintoro, Brigadir RAT tewas karena menembakan senjata api ke dahinya.


“Disimpulkan bahwa jenazah yang ditemukan didalam mobil pada  halaman rumah di jalan Mampang Prapatan IV RT 10/RW2, Kelurahan Tegal Parang, Mampang Prapatan Jakarta selatan Karena korban bunuh diri dengan cara menembakan senjata api pistol jenis HS kaliber 9 milimeter ke arah kepala” jelas Bintaro dihadapan Wartawan Senin (29/4/2024) malam di Mapolrestro Jakarta Selatan.


Sementara itu menurut dokter forensik rumah sakit  dr. Asri Megaratri Pralebda mengatakan ditemukan luka tembak yang sesuai dengan luka tembak tempel pada senjata api.


“kami temukan satu buah luka tembak masuk pada pelipis kanan dan satu buah luka tembak luar pada pelipis kiri, luka-luka tersebut menurut pola lukanya sesuai dengan luka tembak tempel pada senjata api” Jelas dr. Asri.


Dokter Asri juga mengatakan dari hasil CT scan menunjukkan tulang-tulang patah pada bagian kepala yang terkena tembakan, tidak ditemukan adanya tindak kekerasan lain pada tubuh korban.


“Luka-luka tersebut menurut pola lukanya sesuai dengan luka tembak tempel senjata api. Hasil rontgen menunjukkan bahwa tidak ada anak peluru di dalam rongga kepala, sedangkan CT scan menunjukkan bahwa terdapat patah pada tulang-tulang kepala dan dilakukan pemeriksaan terhadap seluruh tubuh dan kami tidak menemukan tanda kekerasan lain pada bagian tubuh lainnya,” lanjut Asri


Saat ini masih mendalami motif bunuh diri yang dilakukan Brigadir RAT didalam kendaraan mewah seorang pengusaha batubara tersebut. Jenasah korban telah dibawa ke Manado dan dimakamkan disana.