Kejanggalan Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi (RAT)

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 29 April 2024 04:29 WIB
Peti jenazah Brigadir Ridhal Ali Tomi (Foto: Istimewa)
Peti jenazah Brigadir Ridhal Ali Tomi (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Sekitar pukul 18.25 WIB, Brigadir Polisi (Brigpol) Ridhal Ali Tomi atau RAT ditemukan dalam kondisi sudah tak bernyawa di dalam Toyota Alphard warna hitam dengan nomor polisi (nopol) B 1544 QH, Kamis (25/4/2024).

Pada saat ditemukan Brigadir RAT duduk di bagian kemudi dan terdapat luka tembak di bagian kepalanya. Ia diduga menembakan peluru ke pelipis kepala bagian kanan hingga menembus ke pelipis bagian kiri. Di dalam mobil itu juga ditemukan sepucuk senjata api jenis HS dengan kaliber 9 millimeter.

Jasad Brigadir RAT pertama kali ditemukan oleh anggota Yonif 210 Bobbi Adi Marta dan seorang karyawan bernama Mario Fransisco Pordasi. 

Polisi belum memberikan ketrangan resmi terkait pemilik mobil mewah Alphard yang dikendarai oleh Brigadir RAT tersebut. Namun sebelumnya, Brigadir RAT dikabarkan berada di Jakarta untuk mengawal seorang pengusaha yang bergerak di bidang tambang dan investasi.

Menurut keterangan polisi, Brigadir RAT sedang dalam masa cuti dan sedang mengunjungi kerabatnya di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.

Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Ade Rahmat Idnal menegaskan, anggota Polisi yang tewas di Wilayah Mampang, Jakarta Selatan murni bunuh diri. "Saya clear-kan itu bukan pembunuhan, itu bunuh diri kita sudah olah TKP kita periksa rekaman," katanya, Sabtu (27/4/2024). 

Ade juga menjelaskan, dari hasil penyelidikan sementara, diduga Brigadir RA nekat menghabisi nyawa lantaran memiliki masalah pribadi. "Motif bundir itu masalah pribadi, itu masih kita dalami kepada istri, kerabat, keluarga," jelasnya.

Meski demikian, Ade mengaku, hingga saat ini pihaknya masih melakukan invetigasi untuk mengungkap insiden tewasnya anggota Polisi tersebut. "Ya itu pasti, dan sudah kita lakukan kita bisa simpulkan itu bundir, bedah forensik ini lagi nunggu keluarga untuk menyaksikan kondisi mayat, setelah itu dilakukan autopsi supaya tidak ada terjadi autopsi ulang," tuturnya.

Sejauh ini polisi telah menggunakan crime science investigation (CSI) dalam mengusut dugaan bunuh diri tersebut.

Kendati, penyebab kematian Brigadir RAT ini masih menyisakan sejumlah pertanyaan atau kejanggalan.

Istri dan tetangga tak percaya
Istri mendiang Brigadir RAT, Novita Husain alias Osin, tidak percaya suaminya tewas karena bunuh diri. Pasalnya Osin mengaku mengenal betul karakter suaminya itu. Bahkan Osin menyebut bahwa suaminya sangat menyayangi anak-anaknya.

"Kalau ada yang bilang almarhum bunuh diri saya tidak percaya karena saya sangat tau sifatnya seperti apa. Almarhum sangat sayang anak-anak jadi tidak mungkin dia berbuat seperti itu," ujar Novita, Jumat (26/4/2024).

Osin menjelaskan ia mendapatkan informasi dari bosnya yang ada di Jakarta kalau suaminya bunuh diri. "Bosnya yang telepon katanya Ali bunuh diri di dalam mobil, saya kaget tapi sampai saat ini kami keluarga tidak percaya," ungkapnya.

Novita juga sempat meminta foto, video, atau bukti kematian suaminya namun belum diberikan hingga saat ini. "Kita mau minta foto, fotonya Ali itu atau video, belum dikasih sama sekali," ujarnya.

Selain itu, Osin mengungkapkan sebelum meninggal sang suami sempat cerita soal pekerjaan kepadanya. Novita mengatakan suaminya tersebut sempat mengaku tidak nyaman bekerja di tempatnya itu. "Lewat telepon, almarhum bilang sudah tidak nyaman lagi kerja di situ," kata Osin.

Meski demikian, ia mengaku tak tahu persis maksud dari ucapan suaminya tersebut. "Saya juga tidak tahu maksudnya apa," ujarnya.

Adapun menurut penjelasan Osin, Brigadir RAT pamit ke Jakarta untuk menjadi ajudan dari seorang polwan. "Ke Jakarta katanya menjadi ajudan. Saya tahu bosnya itu polwan yang bawa dia ke Jakarta," jelasnya.

Sementara itu, seorang tetangga korban inisial I juga kaget mendengar Brigadir RAT bunuh diri. Menurut dia, korban adalah sosok yang religius. Selain itu, korban juga terlihat berusaha bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. 

Tetangga ini tinggal dekat dengan lokasi kematian korban. "Saya enggak nyangka korban bunuh diri karena tidak ada perilaku jelek. Intinya orang baik, sosialnya bagus,” kata I.

Terlalu dini menyimpulkan bundir
Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menilai kepolisian terlalu dini menyimpulkan Brigadir RAT meninggal dunia karena bunuh diri.

"Bagaimana mungkin pihak kepolisian dalam hanya sekian jam bisa langsung menyimpulkan bahwa ini merupakan peristiwa bunuh diri?" tanya Reza dalam sebuah wawancara.

Dugaan Reza, bisa saja tewasnya Brigadir RAT  lantaran senjata api (senpi) yang dimiliknya tidak sengaja meletus ketika mobil Toyota Alphard yang dikendarainya menabrak mobil lainnya di lokasi kejadian. 

"Boleh jadi itu justru merupakan kecelakaan, betapapun sekali lagi, polisi tersebut meletuskan senjata dengan tangannya sendiri dan menembus kepalanya sendiri," jelasnya.

Maka Reza meminta polisi "apabila memang penyebab tewasnya Brigadir RAT karena mengakhiri hidup, maka perlu dilakukan penelusuran lebih mendalam apakah apa yang dilakukan korban lantaran adanya dorongan atau paksaan dari pihak lain".

Jika dugaannya benar, polisi bisa menjatuhi sanksi pidana kepada pihak yang mendorong Brigadir Ridhal untuk mengakhiri hidup dengan menembak kepalanya sendiri.

"Justru saya beranggapan, seandainya ditelusuri ke belakang seperti ada intimidasi, pengaruh, atau sejenisnya kepada personil tersebut, maka alih-alih menyebut ini sebagai peristiwa tunggal".

"Maka boleh jadi ada peristiwa pendahuluan yang bisa jadi berkonsekuensi pidana. Yaitu seseorang yang mengkondisikan atau seseorang menyuruh orang lain untuk melakukan tindakan fatal sedemikian rupa," tandas Reza.

Alasan cuti
Brigadir RAT sejatinya telah mengajukan izin cuti sejak tanggal 10 Maret 2024 silam. Bahkan, sebelum cuti, Brigadir RAT juga masih sempat ikut membantu melakukan pengamanan Pemilu 2024.

Kasi Humas Polres Manado, Ipda Agus Haryono mengatakan, Brigadir RAT sejatinya menyampaikan Institusi Porlesta Manado meminta izin cuti pada Maret 2024 lalu. Pasalnya, Brigadir RAT mengaku ingin berkunjung ke tempat kerabatnya di kawasan Tegal Parang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. 

"Dari Satlantas (Polres Manado) dia sampaikan mau berkunjung ke keluarganya, dia izin kunjungi kerabatnya di Mampang. Yang bersangkutan kalau tidak salah sekitar 10 Maret sudah tidak ada di Manado," ujar kepada wartawan, Minggu (28/4/2024).

Menurutnya, sebelum mengajukan izin cuti ke institusi, Brigadir RAT sejatinya masih bertugas di Manado. Bahkan, Brigadir RAT masih sempat ikut melakukan pengamanan Pemilu 2024 kemarin di daerah Manado. "Sebelumnya masih berdinas di Polresta Manado, masih ikut pengamanan pemilu," tutupnya.

Namun demikian, cuti tersebut menjadi pertanyaan dai Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). Mengapa ini Polisi Manado datang ke Jakarta?

"Informasi sementara untuk cuti, tapi masih kami dalami. Karena kalau cuti kan pasti ada yang mengizinkan dan alasannya apa," kata Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto.

Sementara itu, Komisioner Kompolnas Poengky Indarti, mengatakan bahwa pihaknya akan meminta penjelasan terkait kegiatan Brigadir RAT, apakah sedang masa cuti ataukah dalam rangka perbantuan ke satuan kerja di wilayah Jakarta?

"Kompolnas juga akan melakukan klarifikasi ke Polda Sulawesi Utara terkait apakah Brigpol RA ke Jakarta dalam rangka cuti ataukah di BKO-kan di Satker (Satuan Kerja) atau Satuan Wilayah (Satwil) lain di Jakarta," ungkap Poengky.

Di lain sisi, Brigadir RAT yang diperbantukan untuk bertugas di wilayah lain dimana notabene anggota Polantas itu selama ini bertugas di wilayah Sulawesi Utara, menjadi pertanyaan Kompolnas juga. "Kalau almarhum BKO, mengapa harus diambil dari Sulut dan dalam penugasan apa?" tandas Poengky.

Lokasi kematian
Rumah tempat anggota Satlantas Polresta Manado itu tewas disebut milik mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabinet Indonesia Bersatu, Fahmi Idris. Rumah yang berlokasi di Jalan Mampang PrapatanIV  No 20, Tegal Parang, Mampang, Jakarta Selatan (Jaksel) itu kini jadi saksi bisu.

Berdasarkan penelusuran Monitorindonesia.com, bahwa rumah itu kini ditempati seorang pengusaha batu bara bernama Indra Pratama dan David Febrian Sandi. Hal ini pun juga dibenarkan warga setempat berinisial IM.

"Ini rumahnya almarhum Fahmi Idris. Setelah beliau meninggal, barulah ditempati oleh Pak Indra dan Pak David. Semua tetangga juga pada tahu mereka pengusaha tambang," ujar IM kepada wartawan di lokasi, Minggu (28/4/2024). 

Indra Pratama juga merupakan Ketua Gibran Center Jawa Timur, sedangkan David Febrian Sandi merupakan Caleg DPR RI Dapil Jawa Timur.

Kepada awak media di depan rumahnya, Indra mengaku hubungan dirinya dengan korban sebatas teman dan korban sering berkunjung ke kediamannya tersebut.

"Saya tidak ada di lokasi. Saya berada di luar. Itu semua nanti bisa dibuktikan semua," ujar Indra Pratama kepada awak media di Jakarta, Sabtu (27/4/2024). 

Pun Indra Pratama membantah jika keberadaan Brigadir RAT di Jakarta sedang bekerja untuk dirinya. Dia mengakui Brigadir RAT sudah sepekan tinggal di rumahnya di Jalan Mampang Prapatan IV, RT 2/RW 5 No.20, Tegal Parang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Hanya saja, Indra mengatakan, korban RAT tidak sering ke mengunjunginya di Jakarta.

Indra mengklaim jika rumah mewah tersebut merupakan rumah pribadinya sendiri. "Rumah saya, rumah saya. Bukan (menyewa)," kata Indra.

Namun dia membenarkan jika Brigadir RAT memang sempat berkunjung dan tinggal di rumahnya tersebut selama sepekan sebelum tewas. Dia menyebut jika kedatangan Brigadir RAT hanya untuk menjalin silaturahmi. "Oh enggak dia baru seminggu berkunjung di sini ya. Dia tujuannya ke sini untuk silaturahmi, tidak lebih dan tidak kurang," jelasnya.

Plat mobil DPR
Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI memastikan bahwa pelat nomor kendaraan dinas di mobil Toyota Alphard yang digunakan Brigadir RAT  bunuh diri adalah palsu.

Ketua MKD DPR RI, Nazaruddin Dek Gam juga mengklaim mobil yang digunakan Brigadir RAT juga bukan mobil anggota DPR meski terpasang pelat dinas DPR. "Itu bukan mobil DPR, itu mereka menggunakan pelat palsu. Di DPR tidak ada nomor seperti itu," kata Nazzarudin, Minggu (28/4/2024).

Adapun klaim Nazaruddin yang mengatakan pelat nomor kendaraan itu palsu lantaran di mobil dinas DPR tidak ada yang menggunakan pelat nomor dengan angka 25. Ia juga menjelaskan angka 25 yang tertera pada pelat mobil Alphard yang digunakan Brigadir RAT juga tak terdaftar untuk mobil dinas DPR.

"Di DPR adanya nomor anggota dan pimpinan. Nah nomor 25 itu tidak ada pimpinan sampai 25 orang. Jadi jelas itu palsu, dan kami akan segera melaporkan ke kepolisian terhadap pemalsuan tersebut," pungkasnya.

Otopsi
Komisioner Kompolnas, Poengky Indarty mendorong tetap dilakukannya otopsi terhadap jenazah Brigadir RAT. Poengky Indarty berharap bahwa penyebab kematian Brigadir RAT bisa dipastikan kebenarannya.

"Kami merekomendasikan sebaiknya dilakukannya otopsi untuk memperjelas apa penyebab kematian almarhum," kata Poengky.

Jenazah Brigadir RAT yang sudah diterbangkan ke Manado bisa diautopsi di pusat kesehatan terdekat. "Otopsi dapat dilakukan di Jakarta atau di Manado, sehingga keluarga almarhum dapat memantau seluruh proses otopsi," tutur Poengky.

Adapun jasad Brigadir RAT itu disebut tidak diautopsi. Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Henrikus Yossi mengatakan hal tersebut karena keluarga tidak bersedia jasad RAT diautopsi.

"Keluarga telah menegaskan telah memberikan statement bahwa mereka tidak bersedia untuk dilakukan otopsi terhadap jenazah dari almarhum RA," katanya.

Menurutnya, pemeriksaan terhadap jasad Brigadir RAT itu hanya dilakukan di bagian luar. "Jadi hanya dilakukan pemeriksaan visum et repertum atau pemeriksaan luar tanpa dilakukan otopsi dan selanjutnya diberikan atau diserahkan kepada pihak keluarga," tuturnya.

Saran Kriminolog

Jika bunuh diri artinya harus ada tes psikologis klinis rutin dan prosedur tetap pemegang senjata, kata kriminolog Universitas Indonesia (UI) Kurnia Zakaria.

Pola rekrutmen polisi harus ditinjau ulang menyangkut kejiwaan anggota polisi. "Sistem perekrutan kepolisian harus diperbaiki. Terutama dalam hal tes psikotes harus dibedakan dengan tes psikotes untuk penerimaan PNS atau yang lain karena mereka itu tanggung jawabnya besar," katanya, Senin (29/4/2024) dini hari.

Menurutnya, aura besi pada senjata juga menyebabkan pengaruh psikis orang yang memegang mudah tempramental, minder, stress sehingga mudah emosional. 

"Bila mau bunuh diri mungkin penyebabnya almarhum punya masalah ekonomi atau kesulitan keuangan atau adanya masalah keluarga atau depressi karena tekanan pekerjaan atau masalah rumah tangga atau punya masalah kesehatan yang senmakin parah dan tidak bisa disembuhkan," bebernya. 

Selain itu, pola Pelatihan dan skill menembak perlu ada peninjauan ulang secara rutin. Indikasi perubahan psikis seseorang perlu peranan pembimbing mental maupun rohani lebih yang peka terhadap anggota polisi. 

"Rasa keegoan dan perasaan lebih jago perlu diindetifikasi sejak dini bagi para pemegang senjata. Bila lalai berarti ada kesalahan dalam pola rekruitmen polisi," ungkapnya.

Artinya transparansi Presisi Polri harus menjadikan pola kinerja anggota Polri. Anggota Polisi sebagai pengayom, jujur, adil dan obyektif sudah menjadi karakter semua anggota Polri. 

Selain itu, Kapolri juga harus memerintahkan para kepala kepolisian daerah, kepala Polres, bahkan kepala Polsek untuk membuka hati dan mendengar persoalan-persoalan yang dialami anggotanya di lapangan agar kasus polisi bunuh diri bisa dihindari. 

Polri juga perlu mengetatkan pemakaian senjata api dan kembali melakukan serangkaian tes bagi anggotanya. Hal tersebut perlu untuk mengecek kembali kondisi mental anggota Polri ketika mereka memiliki senjata api. 

Polri juga harus membenahi pola perekrutan anggota sejak awal. Setiap anggota polisi ketika bergabung dalam Polri  sudah harus tuntas dalam hal urusan mental, psikologi, dan moral, sehingga tidak mudah prustrasi dalam persoalan remeh-temeh.

Semoga kasus ini terbuka secara transparan. (wan)