Amran Ali: Buah Simalakama dari Ekspansi Tambang Nikel dan Risiko Lingkungan

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 26 Juli 2024 5 jam yang lalu
Anggota Komisi I DPRD Maluku Utara, Amran Ali (Foto: Istimewa)
Anggota Komisi I DPRD Maluku Utara, Amran Ali (Foto: Istimewa)

Sofifi, MI – Amran Ali, politisi dari Partai Nasional Demokrat (NasDem) sekaligus Anggota Komisi I DPRD Maluku Utara (Malut) ini, mengungkapkan pandangannya yang mendalam dan tajam mengenai dampak tambang nikel di Maluku Utara. 

Dalam sebuah press rilis tertulisnya yang di kirim kepada Monitorindonesia.com, Jumat (26/7/2024), Amran menguraikan berbagai aspek positif dan negatif dari industri tambang yang berkembang pesat di daerah tersebut.

“Tambang nikel di Maluku Utara ibarat makan buah simalakama, diolah daerah dan masyarakat mendapat banyak manfaat. Konkritnya, di sisi tenaga kerja banyak yang bekerja, infrastruktur banyak, jalan yang dibangun, listrik terpenuhi, kesehatan diperhatikan, dan pendapatan yang meningkat,” jelas Amran.

Pernyataan ini menggambarkan bahwa kehadiran tambang nikel telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Namun, Amran juga tidak menutup mata terhadap dampak negatif dari eksploitasi tambang yang tidak terkendali. “Begitu juga sebaliknya, jika tambang nikel diolah dan dieksploitasi besar-besaran, dampaknya seperti ini, kerusakan lingkungan, kondisi alam berubah yang pada akhirnya masyarakat juga yang kena dampaknya. Banjir di mana-mana, air sungai keruh, dan laut tercemar,” lanjutnya dengan prihatin.

Masalah lingkungan ini menjadi ancaman serius yang dapat merusak ekosistem dan kualitas hidup masyarakat.

Amran menceritakan pengalamannya saat bertugas sebagai Plt Kepala PLN Weda pada tahun 2012. “Pada waktu itu, Kabupaten Halmahera Tengah, khususnya Weda, adalah kabupaten tersepi. Jalanan sepi, pasar sepi, semuanya sepi. Listrik padam karena kekurangan daya, tunggakan listrik naik karena pendapatan masyarakat rendah,” kenangnya.

Kondisi ini sangat kontras dengan situasi saat ini di Weda.

Menurut Amran, perkembangan Weda saat ini sudah sangat luar biasa. “Infrastruktur jalan yang dulu banyak yang rusak dan belum diaspal, sekarang sudah banyak diperbaiki.

Tahun 2024 kemarin, Komisi I DPRD Malut ada agenda ke IWIP dan saya juga ikut. Saya melihat luar biasa perkembangannya Weda saat ini: jalanan ramai dengan aktivitas masyarakat setempat, banyak pertumbuhan ekonomi yang bergairah, pasar-pasar ramai, rumah kos-kosan banyak dibangun,” jelasnya. Amran juga menambahkan bahwa suplai listrik yang sekarang terpenuhi berkat IWIP telah membawa perubahan positif yang signifikan.

Namun, Amran menekankan pentingnya perencanaan yang matang untuk menghadapi perubahan alam akibat aktivitas tambang. “Hanya butuh waktu untuk menyesuaikan perubahan alam, tidak bisa serentak dan tiba-tiba".

"Bencana ini terjadi di area sekitar tambang, pasti ke depan Pemda dan pihak perusahaan punya rencana untuk memperbaiki segala sesuatu terkait infrastruktur jalan dan drainase yang baik,” tandasnya.

Pernyataan Amran Ali ini menggarisbawahi kompleksitas yang dihadapi Maluku Utara, antara meraih manfaat ekonomi dari tambang nikel atau menghadapi kerusakan lingkungan yang tidak terelakkan.

Tantangan besar ini memerlukan kolaborasi dan perhatian serius dari semua pihak terkait untuk mencapai keseimbangan yang berkelanjutan. (RD)