Muktamar ke-31 IDI: Merawat Nasionalisme Dokter Era Perjuangan hingga Pandemi Covid

Aan Sutisna
Aan Sutisna
Diperbarui 25 Maret 2022 17:21 WIB
Aceh, Monitorindonesia.com - Kekagumannya pada nasionalisme para dokter Indonesia sejak era perjuangan kemerdekaan hingga masa pandemi saat ini dipresiasi Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Penghormatan ia sampaikan saat mengisi kuliah umum bertema ‘Nasionalisme Dalam Tubuh Dokter Indonesia Sebagai Dasar Ketahanan Nasional’ pada Muktamar ke-31 IDI, di Banda Aceh Convention Hall, Jumat (25/3/2022). Menurut LaNyalla, perjuangan para dokter sudah berlangsung sejak era perjuangan kemerdekaan hingga sekarang, terutama saat negeri ini dilanda pandemi Covid-19. "Terus terang saya bangga berbicara di depan para pejuang kesehatan Indonesia. Yang selama dua tahun pandemi telah berjibaku. Tidak sedikit dokter dan petugas medis yang mendahului kita dalam masa penanganan pandemi," ujar LaNyalla. Ditegaskannya, nasionalisme dokter tidak perlu diragukan sebab sejarah lahirnya negara ini juga mencatat keterlibatan aktif dokter-dokter pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ada 5 dokter terlibat dalam sejarah pergerakan kemerdekaan, yaitu dr Wahidin Soedirohoesodo, dr Tjipto Mangoenkoesoemo, dr Soetomo, dr Radjiman Wedyodiningrat, dan dr Moestopo. Begitu pula dengan negara lain. Mereka juga punya dokter yang tercatat dalam sejarah mereka. Seperti dokter Sun Yat Sen (China), dokter Jose Rizal (Filipina), dokter Frantz Fanon (Aljazair), dokter George Habbash (Palestina), dan dokter Ramon Betances (Puerto Rico), serta nama-nama lain di belahan dunia ini. “Melalui fakta sejarah itu, kita melihat bahwa para dokter turut berperan dalam menjawab persoalan bangsa di zamannya. Seperti yang dilakukan dokter-dokter Stovia di Indonesia saat itu,” papar dia. Para dokter Stovia, lanjutnya, muncul sebagai kelompok pertama yang mengharapkan perubahan dibanding kelompok-kelompok profesi lainnya. Karena mereka melihat bahwa pemerintah kolonial hindia Belanda pada saat itu tidak menyelenggarakan sistem pelayanan kesehatan, sehingga mengakibatkan penderitaan rakyat. "Dari kondisi itu mereka membayangkan terbentuknya sebuah negara baru yang sehat dan merdeka. Cikal bakal pengendapan pemikiran tersebut adalah cikal bakal semangat revolusioner yang menjadikan kelompok Stovia menjadi kelompok profesi pertama yang mengharapkan perubahan dengan semangat kemerdekaan bangsa ini," katanya. Lantas bagaimana dengan saat ini? Apa yang harus menjadi pengendapan pemikiran para dokter hari ini. Sehingga menghasilkan pemikiran-pemikiran bernas seperti yang dilakukan para dokter pejuang pergerakan kemerdekaan di masa itu? "Saya ingin mengajak saudara-saudara para dokter untuk flashback saat kita menghadapi puncak Pandemi Covid di tahun 2020 dan 2021 kemarin. Perjuangan dokter dan tenaga medis sangat luar biasa. Tidak hanya berkorban tenaga dan waktu, tetapi juga mempertaruhkan nyawa. Saya sangat apresiasi," ujar dia. Namun dari Pandemi, bangsa ini tahu bahwa ketahanan di sektor kesehatan sangat rentan. Hal itulah yang kini harus menjadi perhatian para dokter dengan menyiapkan roadmap ketahanan nasional di sektor kesehatan. "DPD RI dengan senang hati akan ikut memperjuangkan roadmap yang disusun oleh para dokter yang saya yakini masih memiliki jiwa nasionalisme, seperti nama besar dokter-dokter Indonesia di era perjuangan pergerakan kemerdekaan," tegasnya. Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke-31, dihadiri Anggota DPD RI asal Aceh, Abdullah Puteh dan Fadhil Rahmi, Staf Ahli Ketua DPD RI Firmandez, Ketua IDI Cabang Banda Aceh, dr Isra Firmansyah, Ketua Panitia Muktamar IDI ke-31, dr Nasrul Musadir, para pengurus IDI dan para peserta muktamar. Hadir juga Raja Puri Agung Denpasar IX, Ida Tjokorda Ngurah Jambe Pamecutan. (iwah)

Topik:

DPD IDI