Background Penny Lukito Teknik Lingkungan, Kok Bisa Kepala Pengawas Obat?

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 18 November 2022 09:31 WIB
Jakarta, MI - Kasus gagal ginjal akut yang menewaskan ratusan anak di Indonesia, membuat Kepala BPOM Penny Lukito menjadi sorotan. Sejumlah pihak turut mempertanyakan kinerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bahkan, tak sedikit pihak yang mendesak agar Penny mundur dan diperiksa terkait kasus gagal ginjal akut tersebut. Selain menyoroti kinerjanya yang dianggap tak becus awasi obat sirup, latar pendidikan Penny juga dianggap tidak sesuai dengan jabatan yang diembannya. Bagaimana tidak? Latar belakang Penny sebenarnya bukanlah ahli kimia atau kedokteran. Ia merupakan lulusan Teknik Lingkungan. Penny merupakan lulusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1988. Kemudian ia melanjutkan studi di Massachusetts Institute of Techonology (MIT), Amerika Serikat dan menerima gelar Master in City Planning (MCP) pada 1994. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan S3 Major Teknik Lingkungan dan Minor di Urban and Regional Planning di University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat dan lulus pada tahun 2000. Sebelum menjabat Kepala BPOM, Penny pernah menjadi ASN BAPPENAS periode 2013-2016. Selain itu, selama perjalanan karirnya, Penny juga pernah menjadi Kepala Bagian Penataan Ruang pada tahun 2000-2001 di Direktorat Penataan Ruang, Pertahanan, dan Lingkungan Hidup, Deputi Bidang Regional dan Otonomi Daerah BAPPENAS. Kemudian menjadi Kepala Sub Direktorat Lingkungan Hidup periode 2001-2002. Penny juga pernah menjabat sebagai Direktur Perkotaan dan Perdesaan pada tahun 2002-2005 pada Deputi Bidang Regional dan Otonomi Daerah BAPPENAS. Lalu menjadi Inspektur Bidang Kinerja Kelembagaan pada 2005-2007 pada Inspektorat Utama BAPPENAS, menjadi Direktur Lingkungan Hidup pada tahun 2007-2008 di Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, BAPPENAS, serta menjabat sebagai Direktur Sistem dan Pelaporan Evaluasi Kinerja Pembangunan Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan, BAPPENAS pada tahun 2008-2011. Namun mengapa bisa menjabat Kepala BPOM? Hal ini pun sontak menjadi tanda tanya besar. Diketahui, kasus gagal ginjal akut yang terjadi di Indonesia menyebabkan ratusan anak meninggal dunia. BPOM menyatakan ada sejumlah obat sirop yang mengandung kandungan berbahaya hingga memantik gagal ginjal akut. Total pasien gagal ginjal akut di Indonesia mencapai 324 orang per Rabu (16/11). Dari jumlah itu, 111 orang telah sembuh, 199 orang meninggal dunia, dan 14 orang pasien masih dirawat. Sementara itu, Kemenkes menyatakan 14 pasien gagal ginjal akut progresif atipikal masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo atau RSCM Jakarta. Adapun dalam kasus ini, dua perusahaan farmasi telah ditetapkan sebagai tersangka kasus peredaran obat sirop, yang mengandung kandungan berbahaya hingga menyebabkan penyakit gagal ginjal akut di Indonesia. "PT Yarindo Farmatama dan PT Universal Pharmaceutical telah dilakukan proses penyidikan dan telah ditetapkan tersangka,” kata Kepala BPOM Penny K Lukito kepada wartawan, Kamis (17/11). Penny mengatakan, saat ini pihaknya juga masih terus melakukan penyidikan terhadap dua perusahaan farmasi lainnya, yakni PT Samco Farma dan PT Ciubros Farma. Penny mengaku masih melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi dan ahli guna menetapkan status dugaan pidana yang dilakukan kedua perusahaan farmasi itu. “Terhadap PT Samco Farma, BPOM masih investigasi dan pendalaman informasi untuk penetapan tersangka,” pungkasnya.