Siklon Tropis Senyar Picu Hujan Ekstrem di Sumut, Ini Penjelasan BMKG

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 27 November 2025 14:23 WIB
Banjir di Sumatera Utara (Foto: Repro)
Banjir di Sumatera Utara (Foto: Repro)

Jakarta, MI - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Utara (Sumut) dalam beberapa hari terakhir dipicu oleh keberadaan Siklon Tropis Senyar.

Fenomena tersebut berasal dari Bibit Siklon Tropis 95B yang mulai terbentuk pada 21 November 2025 di perairan timur Aceh, tepatnya di Selat Malaka. Bibit siklon itu kemudian berkembang dan memicu gangguan cuaca signifikan di wilayah sekitar.

Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I, Hendro Nugroho, menjelaskan bahwa perkembangan siklon tersebut memicu hujan harian di berbagai wilayah Sumut. 

"Dampaknya dalam satu minggu terakhir wilayah Sumatera Utara dilanda hujan setiap hari," tuturnya di Medan, Rabu (26/11/2025).

Data curah hujan yang dihimpun dari sejumlah UPT BMKG di Sumatera Utara menunjukkan hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem berlangsung dalam durasi panjang. Sejumlah lokasi bahkan mencatat curah hujan sangat tinggi, di antaranya:

  • ARG Pakkat: 238,4 mm (25 November 2025) 
  • Stamet F.L Tobing: 229,7 mm (24 November 2025) 
  • ARG Tapanuli: 176,4 mm (24 November 2025) 
  • Pos Hujan Hapesong, Tapanuli Selatan: 149,7 mm (24 November 2025)
  • ARG Teluk Dalam: 157,6 mm (24 November 2025) 
  • ARG Arse: 158,2 mm (25 November 2025) 
  • ARG Salak: 110 mm (25 November 2025) 
  • AWS Hinai Langkat: 93,8 mm (25 November 2025).

Curah hujan yang sangat tinggi ini mengindikasikan meningkatnya suplai uap air di atmosfer, yang turut dipengaruhi oleh pergerakan Siklon Tropis Senyar.

BMKG menyebut bahwa cuaca ekstrem yang kini terjadi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor atmosfer lain. Salah satunya adalah kelembapan udara yang sangat tinggi, sehingga kondisi udara menjadi lebih basah dan memicu pertumbuhan awan hujan dengan cepat. 

Dari aspek global, Indeks Osilasi Dipole Samudra Hindia (IOD) tercatat berada pada fase negatif dan diprakirakan bertahan hingga Desember 2025.

Kondisi ini membuat suplai uap air dari Samudra Hindia meningkat, terutama di wilayah barat Sumatera Utara. Selain itu, gelombang atmosfer dipantau masih aktif di wilayah Sumut sehingga menambah potensi terbentuknya awan dan hujan dengan intensitas tinggi.

Wilayah yang Berpotensi Mengalami Hujan Ekstrem

Wilayah kabupaten dan kota di Sumatera Utara kini berstatus waspada hujan lebat hingga sangat lebat. Daerah tersebut meliputi: Langkat, Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan, Tapanuli Utara, Mandailing Natal, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Simalungun, Samosir, Serdang Bedagai, Kota Tebing Tinggi, Humbang Hasundutan, Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, Kota Gunungsitoli, dan Toba. BMKG menekankan bahwa wilayah tersebut memiliki potensi tinggi terhadap terjadinya curah hujan ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi.

Dengan mempertimbangkan kondisi cuaca dan atmosfer, BMKG Wilayah I mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai risiko, seperti:

  • Banjir dan banjir bandang, terutama di daerah rawan dan sepanjang alur sungai. 
  • Tanah longsor di daerah perbukitan dan lereng curam. 
  • Angin kencang yang dapat menyebabkan pohon tumbang. 
  • Gelombang tinggi di perairan barat Sumatera Utara.

Cuaca ekstrem diprediksi masih akan terjadi dalam beberapa hari mendatang, sehingga masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan guna mengurangi potensi kerugian.

Topik:

bmkg cuaca-ekstrem banjir-sumut siklon-tropis-senyar