Presiden Didesak "Tendang" Bahlil dan Raja Juli Buntut Bencana Sumatera

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 1 Desember 2025 22:37 WIB
Foto udara kondisi jalan yang putus akibat banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Minggu (30/11/2025). (ANTARA FOTO/Yudi Manar)
Foto udara kondisi jalan yang putus akibat banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Minggu (30/11/2025). (ANTARA FOTO/Yudi Manar)

Jakarta, MI - Masyarakat Adat Indonesia (MAI) mendesak Presiden Prabowo Subianto agar bertindak tegas menangkap pelaku tambang ilegal dan pembalakan liar. Begitu juga mengungkap serta menindak para pihak yang membekingi kejahatan tersebut.

Sebab maraknya praktik tambang ilegal dan pembalakan liar yang dinilai sebagai penyebab utama bencana ekologis di wilayah Sumatera.

"MAI menilai, pembiaran terhadap kejahatan lingkungan ini telah menjadi kejahatan kemanusiaan, karena langsung berdampak pada kehancuran alam," ujar Sekretaris Jenderal MAI, M. Rafik Datuk Rajo Kuaso, Senin (1/12/2025).

Dia pun menilai kinerja Menteri ESDM Bahlil Lahadalia gagal melindungi rakyat dan lingkungan. Maka dari itu, tegasnya, tak ada alasan lagi bagi Presiden Prabowo untuk tidak "menedang" Bahli dari kursi Menteri ESDM.

"Kami meminta Presiden Prabowo Subianto segera mencopot Menteri ESDM, karena kebijakan perizinan yang terlalu rumit terhadap tambang rakyat telah mendorong masyarakat kecil terpaksa masuk ke jalur tambang ilegal tanpa standar AMDAL dan keselamatan lingkungan," tegasnya.

Menurutnya, rakyat adat dan masyarakat kecil yang seharusnya diberi akses legal dan pendampingan justru dipinggirkan oleh sistem perizinan yang tidak berpihak.

Selain itu, MAI juga meminta Presiden Prabowo mencopot Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Raja Juli Antoni, yang dinilai gagal menghentikan praktik pembalakan liar yang telah merusak hutan-hutan adat dan kawasan resapan air.

“Jika illegal logging terus dibiarkan, maka bencana akan terus berulang. Ini bukan sekadar kelalaian administratif, ini adalah kejahatan terhadap masa depan bangsa,” pungkasnya.

Kudu taubat nasuha!

Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengajak Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia hingga Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq agar melakukan taubatan nasuha ihwal bencana alam di beberapa daerah Indonesia saat ini.

Cak Imin menilai, bencana alam hidrometeorologi yang memakan korban sangat banyak di kawasan Sumatra, seharusnya menjadi momentum jajaran seluruh pihak terutama para pejabat untuk berintrospeksi diri.

"Yang pertama lingkungan kita yang kritis akibat kesalahan kita sendiri. Yang kedua perencanaan dan antisipasi yang rendah dari kita semua sebagai bangsa," kata Cak Imin saat menyampaikan pidato dalam kegiatan Workshop Kepala Sekolah untuk Program SMK Go Global, di Bandung, Jawa Barat, Senin (1/12/2025).

Selain bencana alam akibat cuaca ekstrem di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, Cak Imin mengaku melihat tanda-tanda bencana lainnya dapat terjadi di wilayah lain.

"Beberapa hari yang lalu saya ke Sukabumi, meletakkan batu pertama pembangunan rumah relokasi korban bencana. Dan di depan mata kita sudah sangat terlihat titik-titik yang bakal menyusun bencana longsor di berbagai tempat," bebernya.

Maka dari itu, Cak Imin mengajak semua pihak untuk bersama-sama bahu-membahu memperbaiki kondisi negara saat ini. Menurut Cak Imin, sejumlah menteri mempunyai kaitan dengan persoalan bencana yang terjadi sekarang ini.

"Hari ini saya berkirim surat ke Menteri Kehutanan (Raja Juli Antoni), ke Menteri ESDM (Bahlil Lahadalia), ke Menteri Lingkungan Hidup (Hanif Faisol Nurofiq) untuk bersama-sama evaluasi total seluruh kebijakan dan langkah-langkah kita, sebagai wujud komitmen dan kesungguhan kita sebagai pemerintah," bebernya.

"Bahasa NU-nya, taubatan nasuhah. Taubatan nasuhah itu kuncinya satu, evaluasi total policy semua aspek dari sejak kita berpikir melangkah dan berbuat. Kiamat bukan sudah dekat, kiamat sudah terjadi akibat kelalaian kita sendiri," imbuh Cak Imin.

Topik:

Bahlil Raja Juli Presiden Prabowo Bencana Sumatera