Mungkinkah Jakarta Kota Ekologis?

Agustinus Tamtama Putra - Pengamat Kebijakan Publik GMT Institute

Agustinus Tamtama Putra - Pengamat Kebijakan Publik GMT Institute

Diperbarui 14 Juni 2024 12:28 WIB
Pengamat Kebijakan Publik GMT Institute, Agustinus Tamtama Putra (Foto: Dok MI)
Pengamat Kebijakan Publik GMT Institute, Agustinus Tamtama Putra (Foto: Dok MI)

BELUM lama ini Jakarta dinobatkan sebagai kota grade A untuk CDP (Carbon Disclosure Project) bersamaan dengan kota-kota besar lainnya di dunia. Hal ini membanggakan sebab Jakarta adalah satu-satunya kota di Indonesia yang mengharumkan tanah air di bidang aksi iklim dunia. 

Perhatian dunia internasional saat ini memang tertuju kepada sustainabilitas iklim yang saban hari kian mencemaskan. Jakarta dinilai unggul dalam upaya penghijauan dan gerakan ekologis dengan mengusahakan ruang terbuka hijau sehingga kota Jakarta dikenal pula dengan kota hijau (green city). Penghargaan ini diterima oleh Jakarta pada acara World Cities Summit di Singapura, 2-4 Juni 2024. 

Dikatakan bahwa penghargaan yang disebut CDP A List ini merupakan apresiasi terhadap kota yang berlevel tinggi dan komit dalam hal pelestarian alam. 

Heru Budi Hartono memang berkomitmen menyeimbangkan Jakarta yang mayoritas bangunan dan beton, dengan unsur-unsur hijau alami yang menyegarkan nafas dan mata. 

Skor A yang diterima Jakarta tidaklah mengherankan mengingat krisis iklim yang juga terjadi di dalamnya, antara lain banjir dan polusi udara. Kota yang sehat bebas banjir dan bebas polusi memang belum sepenuhnya bisa didapatkan, namun rekayasa iklim dengan penghijauan, mitigasi bencana dan adaptasi iklim di Jakarta dikatakan empat kali lebih banyak dibandingkan kota-kota lain. 

Mendengar dan menyaksikan pencapaian ini, saya optimis bahwa keberimbangan alam akan pelan-pelan tercapai di Jakarta. Gerakan pembangunan yang sungguh mempertimbangkan dampak alam memang merupakan gerakan yang dituntut di jaman sekarang. 

Jakarta bisa menjadi contoh bagaimana kemajuan peradaban diseimbangkan sedemikian rupa sehingga tidak menghilangkan unsur-unsur natural yang sesungguhnya merupakan penyangga dan fondasi utama kehidupan. 

Dengan mengedepankan unsur-unsur ekologis, hidup semakin harmonis. Krisis iklim dunia yang sedang terjadi di antaranya ialah pemanasan global. Es kutub yang mencair lantaran suhu bumi yang kian meningkat mengakibatkan kenaikan volume air di berbagai belahan dunia turut meningkat naik.

Contoh volume air yang semakin naik dan sangat dekat dengan kita ialah di Jakarta Utara. Tanggul yang dibutuhkan untuk menahan air semakin tinggi sehingga berdampak pula dalam tataran kebijakan pada pengaturan tata kota istimewanya bagian utara ini. 

Bagaimana itu diterapkan dengan prinsip-prinsip ekologis pasti Heru Budi Hartono selaku pemangku jabatan sudah punya strategi. Menjadi jenius seperti beberapa kota di Belanda juga bukan hal baru bagi Pak Heru sebab beliau sekolah di sana. 

Intinya krisis iklim yang ada di sekitar kita khususnya Jakarta, memanggil setiap kita untuk menjadi insan-insan ekologis, pemerintahan dan jajaran pemangku kebijakan yang juga pro lingkungan hidup bagaimana pun caranya. 

Sukses Jakarta Untuk Indonesia!

Penafian: Monitorindonesia.com tidak bertanggung-jawab atas kiriman artikel langsung dari pembaca dalam rubrikasi forum atau opini.