Eks Menristekdikti Sebut Kebanyakan Mahasiswa Sekarang Apatis

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 2 Juli 2024 11:55 WIB
Komisi X gelar RDPU dengan Para Eks Menteri Pendidikan (Foto: MI/Dhanis)
Komisi X gelar RDPU dengan Para Eks Menteri Pendidikan (Foto: MI/Dhanis)

Jakarta, MI - Eks Menteri Pendidikan Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir, menyoroti soal kualitas pendidikan Indonesia khususnya dalam jenjang pendidikan perguruan tinggi yang dinilai terus mengalami penurunan kualitas. 

Menurutnya banyak mahasiswa saat ini yang bersikap apatis terhadap perkuliahan yang datang ke kampus hanya sekadar mencari ijazah agar bisa mencari kerja setelah lulus. 

"Yang saya rasakan sekarang terjadi mahasiswa itu apatis, yang penting lulus dapat ijazah, tapi dalam hal ini nilai kompetensinya tidak didapatkan dengan baik," kata Nasir saat RDPU dengan Komisi X DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (2/7/2024).

Kata Nasir, hal tersebut bisa saja disebabkan oleh metode pembelajaran di bangku kuliah yang dinilai kurang baik oleh para mahasiswa. 

"Mungkin karena proses pembelajaran yang kurang baik," ucpanya. 

Padahal kata Nasir, saat dirinya menjabat sebagai Menristekdikti ada peraturan pemerintah (PP) yang dikeluarkan berbasis pada undang-undang (UU) 12 tahun 2012 yaitu nomor 28 tahun 2012 yang mengatur soal Kualifikasi Kompetensi Nasional Indonesia (KKNI). 

"KKNI ini harapannya adalah lulusan-lulusan perguruan tinggi di Indonesia menghasilkan lulusan yang berkompeten," sambungnya. 

Namun kata Nasir, PP tersebut tak cukup untuk menghasilkan lulusan berkompeten sehingga diturunkan ke tingkat jenjang pendidikan yang ada di bawahnya sebagimana dalam PP nomor 28 tahun 2012.

"Dibuatlah suatu peraturan yaitu terkait SKKRI atas Standar Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia yang dalam hal ini pendidikan vokasi," ujarnya. 

"Itu tujuannya adalah dihasilkannya lulusan yang memiliki cabang ilmu pengetahuan dan atau teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan meningkatkan daya saing bangsa ini menjadi sangat penting," demikian Nasir.