Aktivis Dukung Perpanjangan Masa Jabatan Presiden Jokowi, Ini Alasannya

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 8 Agustus 2022 21:39 WIB
Jakarta, MI - Jaringan Aktivis Kemanusiaan Internasional (JAKI) mendukung wacana perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo yang kini kembali mengemuka menjelang pemilu 2024. Masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia dibatasi maksimal dua periode. Sementara, lama jabatan satu periode yakni lima tahun. Koordinator Eksekutif JAKI Yudi Syamhudi Suyuti mengatakan bahwa perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat diperlukan dengan alasan kondisi saat ini yang masih dalam situasi pandemi covid-19 yang belum juga berakhir dan juga perang Rusia-Ukraina yang mana berpengaruh pada kestabilan ekonomi global. "Saat ini mengalami indikasinya berpotensi menjadi stagnan menyangkut ekonomi global yang tidak bisa terlepas dari persoalan masalah lokal nasional, dunia ini dipengaruhi pandemi Covid-19 yang berdampak pada ekonomi khususnya recovery ekonomi, kemudian terjadinya perang Rusia dan Ukraina yang di invasi itu," kata Yudi dalam Podcast Monitorindonesia.com, Senin (8/8). Jika melihat dari situasi yang mengarah kepada politik, ekonomi, sosial dan kemanan juga pertahanan ditingkat lokal dan nasional hingga global, menurut Yudi, memang memungkinkan perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi. "Itu sangat memungkinkan, masa jabatan presiden itu diperpanjang sekitar satu sampai dua tahun, kami dari JAKI sangat mendukung itu," lanjutnya. Namun demikian, Yudi mengingatkan agar pemilu yang akan datang nanti menjadi pemilu yang benar-benar sesuai dengan apa yang namanya hasil kesepakatan konstitusi. "Kesepakatan yang menyangkut kedualatan rakyat artinya pemilu 2024 dijalankan itu bisa saja sesuai dengan konstitusi kita terutama itu kita bicara kedaulatan berada ditangan rakyat, itukan sejatinya demokrasi seperti itu," jelasnya. Kalau kemudian pemilu 2024, lanjut Yudi, menjadi ajang dalam membangun sistim oligarki politik yang belum menjamin satu konsensus antara rakyat dan partai-partai politik yang nantinya akan berkuasa bahwa rakyat akan mendapatkan hak-hak politiknya. "Partai-partai politik kemudian mampu menyerap partisipasi tidak hanya proses politiknya itu tentu akan berjalan bagus di pemilu 2024, tapi diluar itu juga saat ini masih terjadi satu bentuk polarisasi yang harus dibangun rekonsiliasi nasional mungkin bukan berada ditataran elit ya, parpol seperti misalnya yang ada di Senayan partai elektoral 2019 sampai 2024, itu ndak ada masalah," jelasnya. Menurut Yudi, pertandingan kompetisi dan kontestasi politik itu biasa-biasa saja bagi elit partai tetapi ditingkat gresrut. "Tingkat polarisasi ini sebenarnya masih terjadi hingga saat ini, polarisasi kecurigaan bahwa nanti si A adalah bagian dari cebong, yang sebelah sana ada kampret, kemudian juga kadrun ini harus diselesaikan dulu, itu yang paling mendasar sebenarnya," katanya. Kemudian, yang paling utama kata dia, adalah perpanjangan masa jabatan Presiden dapat menyempurnakan demokrasi. "Perpanjangan masa jabatan menyempurnakan demokrasi, baru bisa ditata dengan konselasinya, kenapa? Ini sebetulnya tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi hampir diseluruh dunia ini. Jadi kekuatan pilar demokrasi itu yang sejauh ini kita melihat ada legislatif, eksekutif kemudian yudikatif belakangan ada media massa, tetapi dalam perkembangan zamannya ini muncul kekuatan baru, kekuatan baru ini namanya kekuatan rakyat dari perkembangan kemajuan teknologi juga ada sosial media kemudian itu bisa membangun presepsi-presepsi masyarakat, partisipasinya juga,masyarakat ini ikut mempengaruhi meskipun ada berita-berita hoax. Soal dukungan pepanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo ini rupanya diungkapkan juga oleh politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Effendi Simbolon. Bahkan ia mendukung wacana perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama tiga tahun. Effendi mengaku menyukai kepemimpinan Jokowi selama ini. Menurutnya, Jokowi merupakan sosok pemimpin berani yang masih dibutuhkan Indonesia. "Ini sebenarnya masih melihat nilai positifnya Pak Jokowi, beliau berani membubarkan ini, membubarkan ini, itu salut saya kepada beliau," kata Effendi , Senin (8/8). "Oleh karenanya, mari dorong beliau untuk tegak, bahkan kalau saya pribadi tambah tiga tahun pun saya masih setuju, demi ya," tambahnya. Indonesia saat ini, kata dia, membutuhkan pemimpin yang kuat dan berani menantang arus. Menurutnya, sosok pemimpin tersebut dimiliki Jokowi. "Kita rapuh, di dalam itu kalau tidak punya pemimpin yang kuat, beliau saya lihat ada itu. Ketegaran beliau menantang arus, itu yang membuat saya itu hormat dan respect kepada sosok yang namanya Pak Jokowi," pungkasnya. [Ode]