DPR Nilai Kampanye Politik di Kampus Jadi Bibit Calon Pemimpin Bangsa

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 16 Agustus 2022 14:52 WIB
Jakarta, MI - Kampanye politik di kampus dinilai menjadi sebuah pendidikan yang baik untuk mahasiswa yang notabenenya sebagai generasi penerus dan calon pemimpin bangsa. Menurut Anggota Komisi X DPR RI Zainuddin Maliki, bahwa indikator pemilu yang berkualitas juga ditentukan oleh keberhasilan pendidikan politik di tengah masyarakat. “Salah satu indikatornya pemilu 2024 itu berkualitas adalah bisa menjadi pendidikan politik bagi semuanya. Oleh karena itu jika undang-undang, atau aturannya mengizinkan kampanye di dalam kampus, saya melihat hal itu langkah yang sangat baik dalam rangka edukasi,” ujar Zainudin Maliki sesaat sebelum memasuki ruang sidang tahunan MPR RI, DPR RI, dan DPD RI serta Pidato Kenegaraan Presiden RI di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022). Dengan komisi yang membidangi masalah pendidikan ini, lanjut Zainuddin, dengan adanya kampanye di dalam kampus, maka akan muncul pikiran-pikiran, serta gagasan-gagasan akademis yang tentunya didasarkan pada kajian-kajian akademik. Itu, kata dia, tentu akan memberi sumbangan bagi upaya dalam menjadikan pemilu yang berkualitas, pemilu yang bisa dijadikan pendidikan politik. “Selama ini pemilu kita melahirkan pembelahan di masyarakat, baik horizontal maupun pembelahan secara vertical. Saya tidak ingin hal itu terulang kembali. Saya ingin satu pemilu yang bisa dijadikan pernikahan politik, serta pemilu yang bisa melahirkan pemimpin-pemimpin yang kuat, the strong leader," jelasnya. Menurut Zainuddin, pemimpin yang bisa membaca persoalan bangsa Indonesia kemudian bisa memilih jalan keluar yang benar-benar memang bisa menyelesaikan masalah bangsa yang dihadapi sekarang ini. Zainuddin menambahkan, bahwa jika kemudian saat pelaksanaan kampanye di dalam kampus terjadi ketidak netralan, atau tidak adanya pemilu yang jujur dan adil, hal itu juga merupakan bagian dari politik. Terutama kepada mahasiswa dan para akademisi di dalamnya, apakah mereka mampu mencermati secara kritis, jika ada kecenderungan indikasi-indikasi berbagai fakta yang bisa menghambat upaya kita membangun demokrasi yang ideal. “Mahasiswa juga mendapat kesempatan untuk belajar, jadi sarjana yang bisa memberikan solusi bagi permasalahan bangsa ini. Sehingga saya meyakini kampanye politik menjelang pemilu 2024 di dalam kampus itu akan menjadi bagian legacy, apakah dengan cara tersebut akan memberikan sumbangan bagi demokrasi yang kuat, demokrasi yang substansial, dan demokrasi yang ideal. Ini akan kita lihat nanti,” tutup legislator PAN itu. [Rivaldi]