Soroti Kerugian PT Sarinah, Anggota Komisi VI DPR: Model Bisnisnya Ada yang Keliru

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 23 Maret 2023 16:59 WIB
Jakarta, MI- Periode 2020-2021, PT Sarinah (Persero) mencatatkan kerugian sebesar Rp29,9 milyar. Sarinah beralasan bahwa kinerja keuangannya tertekan atau alami kerugian karena terpengaruh oleh covid-19 serta adanya pemugaran gedung kala itu. Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto menilai, tertekannya kinerja keuangan PT. Sarinah (Persero) bisa saja dipengaruhi oleh kurang tepatnya bisnis model yang mereka buat. "Ini bisa kita lihat di mana retail revenue (pendapatan) Sarinah tahun 2022 hanya sebesar 23%. Laba yang signifikan justru masih dipengaruhi non retail hampir 77%, padahal bisnis intinya ada di retail," kata Bendahara Megawati Institute itu kepada wartawan, Kamis (23/03/2023). Darmadi juga menyoroti kinerja keuangan Sarinah yang lagi-lagi mengalami kerugian pada tahun lalu. Menurutnya, jika kerugian terus berturut-turut tentu ada yang keliru dalam tata kelola perusahaannya termasuk plan bisnisnya. "Rugi konsolidasi sebesar 28 M di tahun 2022. Ada perbaikan kerugian dari tahun 2021 yang rugi 76M. Tapi kerugian yang turun disebabkan oleh laba dari non retail sebesar 85 M. Jika tidak ada laba non retail sebesar 85 M maka rugi konsolidasi Sarinah akan jauh lebih besar. Yang jelas kinerja keuangan retail belum menggembirakan," ujarnya. Darmadi juga mengatakan, kerugian bisa jadi disebabkan oleh model atau konsep revitalisasi Sarinah yang justru tidak fokus menggarap segmen retail. "Padahal revitalisasi menelan biaya hingga mencapai Rp560 M. Sayangnya dari dana Rp560 M itu, Sarinah lebih fokus mengembangkan atau membangun revenue non retail. Bayangkan untuk revenue non retail biaya revitalisasi mencapai Rp446 M, sedangkan biaya revitalisasi untuk revenue retail hanya Rp136 M. Sepertinya Sarinah setengah hati angkat pelaku UMKM," sindirnya. Jadi, kata dia, implikasi seriusnya dibalik kurang fokus garap segmen retail, maka kecepatan (speed) bisnis terkesan agak lamban. "Karena kontribusi pendapatan dari retail kurang signifikan (retail revenue contribution stuck). PT Sarinah harus nyadar bahwa memberikan ruang seluas-luasnya bagi UMKM dan mensuportnya adalah visi utama mereka. Bukan manjakan bisnis non retail yang banyak dimiliki asing," ujarnya. Menyikapi kondisi demikian, Darmadi menyarankan agar Sarinah membuat strategi bisnis yang jauh lebih Progresif ,Masif dan Radical ke pasar Sasaran (Target Market) dengan Speed yang jauh lebih tinggi. "Sehingga strategic intent kecepatan untuk tumbuh harus digelorakan dalam mencapai tujuan menjadi ikon dan merk nasional dan Top #10 BUMN Employer of Choice," tegasnya.