Surya Paloh Ragukan Hasil Survei, Anies Ogah Bayar Lembaga Survei!

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 25 Agustus 2023 16:59 WIB
Jakarta, MI - Menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, berbagai lembaga survei mencoba bermanuver membangun framing calonnya masing-masing. Namun Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh meragukan hasil sejumlah lembaga survei, yang acapkali menempatkan bakal calon presiden (bacapres) yang diusung Koalisi Perubahan Anies Baswedan di urutan ketiga. Sementara Anies Baswedan yang dijagokannya itu enggan membayar lembaga survei. "Apakah benar apa yang digambarkan oleh katakanlah lembaga-lembaga survei yang menempatkan komposisi ranking Anies Baswedan, tetap di urutan ketiga," kata Surya Paloh usai Pertemuan Koalisi Perubahan di Jakarta, Kamis (24/8) malam. Diketahui, berdasarkan hasil survei Political Weather Stations (PWS) yang dirilis di Jakarta, Kamis (24/8/2023), menunjukkan mayoritas responden, yaitu 40,8 persen dari 1.200 orang memilih Prabowo Subianto sebagai pemimpin yang menggantikan Presiden Joko Widodo. Disusul kemudian 35,6 persen memilih Ganjar Pranowo, dan 19,5 persen memilih Anies Baswedan Menurut Surya Paloh mengatakan hasil survei tersebut adalah salah satu poin yang dibahas dalam pertemuan Koalisi Perubahan pada Kamis malam. "Dari apa yang kita pahami ini terjadi diskusi yang cukup menarik. Sejujurnya, dengan segala hormat kita kepada lembaga-lembaga survei, banyak juga yang tidak tepatnya," ujarnya. Surya Paloh mengklaim bahwa hasil survei internal Koalisi Perubahan menunjukkan hasil yang berbeda. "Ya, memberikan pencerahan optimisme yang lebih tinggi," tegasnya. Sementara itu Ketua Umum Konfederasi Nasional Relawan Anies Muhammad Ramli Rahim, menilai semua hal yang secara teori menaikkan elektabilitas, oleh lembaga survei justru diputarbalikkan. "Ketika Anies Baswedan dideklarasikan oleh partai Nasdem, dalam teori, elektabilitas Anies harusnya naik, tapi oleh lembaga survei malah dibalik, bukan hanya elektabilitas Anies yang tidak naik, malah disebutkan bahwa Nasdem surveinya turun," kata Ramli Rahim dalam keterangannya, Jum'at (25/8). Serupa saat Demokrat memutuskan mengusung Anies, elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta itu tetap saja ditempatkan paling terbawah diantara bakal Capres pesainnya. Bahkan ketika PKS mencukupkan syarat Presidential Threshold, survei Anies juga tak beranjak. “Padahal saat itu, satu-satunya bakal calon presiden yang memenuhi presidential threshold hanya Anies Baswedan,” tegasnya. Lucunya, lanjut Ramli, ketika bacapres Ganjar Pranowo yang terus merajai survei tiba-tiba digusur oleh Prabowo Subianto hanya karena Presiden Joko Widodo memberi signal akan mendukung Prabowo Subianto. Bukan hanya itu, Polling yang dilakukan oleh berbagai elemen baik media massa maupun kelompok masyarakat selalu saja memenangkan Anies Baswedan. Bahkan ketika Prabowo, Anies dan Ganjar turun ke masyarakat, tampak jelas bagaimana masyarakat begitu antusias menyambut Anies jauh lebih tinggi dibandingkan Ganjar dan Prabowo.  Terbaru dari Survei Litbang Kompas, Ramli menyebut hasilnya makin lucu. "Kompas sendiri menyebutkan bahwa hanya 18,1% yang mau memilih calon yang direkomendasikan oleh Jokowi. Itupun diperebutkan oleh dua bakal calon presiden tapi yang mau meneruskan program pak Jokowi justru berada diperingkat satu dan dua,” tandasnya. Diketahui, Litbang Kompas merilis survei yang dilakukan pada 27 Juli hingga 7 Agustus 2023 lalu. Pada simulasi pilihan bebas, Ganjar menduduki posisi tertinggi dengan elektabilitas 24,9 persen, Prabowo 24,6 persen dan Anies 12,7 persen. Dalam simulasi 10 nama, Ganjar di posisi puncak dengan 29,6 persen. Sedangkan Prabowo 27,1 persen dan Anies 15,2 persen. Untuk simulasi lima nama, Ganjar meraih 31,8 persen, Prabowo 27,8 persen dan Anies 15,6 persen. Sementara itu, simulasi tiga nama, Ganjar mencapai 34,1 persen, Prabowo 31,3 persen atau selisih hampir 3 persen dan Anies 19,2 persen. Dalam survei itu, 18,1 persen pemilih akan memilih calon presiden (capres) 2024 yang direkomendasikan atau di-endorse Presiden Joko 'Jokowi' Widodo. Sementara, 32,6 persen pemilih lainnya memastikan tak akan memilih sosok capres 2024 yang direkomendasikan Jokowi. Sedangkan 49,7 persen lainnya masih menimbang dan mempertimbangkan, tergantung pada kualitas sosok capres 2024. (Wan)