DPR Pertanyakan Kesiapan BUMN Tranportasi Jelang Nataru

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 4 Desember 2023 17:31 WIB
Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI Bersama BUMN Transportasi (Foto: Dhanis/MI)
Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI Bersama BUMN Transportasi (Foto: Dhanis/MI)

Jakarta, MI - Anggota Komisi VI DPR Rudi Hartono Bangun mempertanyakan kesiapan seluruh BUMN Tranportasi dalam menghadapi lonjakan penumpang pada momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru) pada 21 Desember 2023-7 Januari 2024. 

Rudi lantas merincikan satu persatu kesiapan BUMN Tranportasi tersebut, di mulai dari PT Angkasa Pura I (AP I). Sebab, saat ia melakukan kunjungan kerja, turun di Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulonprogo, yang jaraknya cukup jauh bila menuju ke Kota Jogja. Namun, ia menyayangkan, tranportasi penyambung dari Bandara menuju kota sangat minim. 

"Ketika penumpang sampai dari Jakarta-Kulonprogo, kalau bapak-bapak dirut mungkin sudah ada yang jemput, tapi kalau masyarakat biasa, itu sarana transportasi penyambungnya apa? Apakah sudah dipikirkan dengan Damri atau kereta KAI, ada tidak? Kalau hari biasa mungkin bisa, tapi menjelang Nataru, Lebaran, begitu banyak orang dari seluruh pelosok, bagaimana mengantisipasinya?," tanya Rudi dalam RDP Komisi VI DPR dengan seluruh bos BUMN Tranportasi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (4/12).

Kemudian, ia mempertanyakan kesiapan pelabuhan yang dikelola oleh Holding Pelindo, baik di regional 1, 2, 3, 4 yang jumlah terminalnya puluhan.

Sedangkan untuk Angkasa Pura II (AP), Rudi menyoroti fasilitas di Bandara Soekarno-Hatta. Dimana, jarak gate nya terlalu jauh, hal itu akan membuat masyarakat letih, terlebih para orang tua. 

"Di terminal 3 untuk Garuda dan Citilink itu kan paling jauh dan panjang. Gate nya sampai 17 atau 20. Itu begitu pesawat mau tiba atau mau terbang, itu jarqknya jauh. Kalau masih muda dia senang, karena suka jalan, tapi yang sudah tua, sudah berumur, saya lihat pada kesusahan. Ini perlu menjadi perhatian,"

Berikutnya, kesiapan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI. Ia mengapresiasi atas adanya kereta cepat Whoosh yang sangat menghemat waktu tempuh. 

"Yang ingin kita beri masukan adalah ketibaanya. Contoh kita sampai ke Padalarang. Itu kan bukan kereta api Jakarta-Bandung, tapi Jakarta-Padalarang. Ketika kita tiba di Padalarang kita menyaksikan kepadatan jalan di depan. Nah, bagaimana mengantisipasinya supaya nyaman? Bagaimana kerja sama dengan Damri, supaya mobil pribadi tidak parkir pas depan terminal KAI itu. Harus diatur itu saya melihatnya semrawut," kritiknya. 

Untuk Garuda Indonesia, Rudi menanyakan ihwal harga tiket yang kerap mahal bila mendekati Nataru dan Lebaran. 

Ia melihat, penumpang Garuda lebih banyak di dominasi oleh para staf maupun direksi BUMN, namun masyarakat sulit jika ingin naik maskapai pelat merah itu. Alasannya tiketnya terlalu mahal. 

"Penumpang nya Dirut-Dirut ini maupun staf-stafnya, jadi penuh terus. Jadi mahal nyaman dibeli terus tiketnya. Tapi masyarakat Indonesia ini bukan semuanya staf-staf BUMN. Masyarakat Indonesia juga masyarakat dari kampung, desa yang juga pengen naik Garuda, tapi kata mereka mahal harga tiketnya," kata Rudi. 

"Garuda ini aset swasta atau negara ini, sementara maskapai swasta bisa dirasakan oleh penumpang awam," sambungnya. 

Terakhir, Rudi menanyakan kesiapan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). "Saya ingin jawaban tentang kinerja dan kualitas, maintenance kapal ferry dan mesinnya dan juga fasilitas yang dipakai penumpang, seperti tempat duduknya dan fasilitas lainnya. Dan apakah harga tiketnya juga dinaikan menjelang Nataru ini?," tukasnya. (DI) 

Topik:

bumn