Anggota Komisi I DPR Sebut Cak Imin Tak Ingin Militer Indonesia Kuat dan Disegani

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 3 Januari 2024 18:08 WIB
Anggota Komisi 1 DPR RI Fraksi Partai Golkar, Bobby Adhityo Rizaldi  (Foto: Istimewa)
Anggota Komisi 1 DPR RI Fraksi Partai Golkar, Bobby Adhityo Rizaldi (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Anggota Komisi I DPR RI,  Bobby Adhityo Rizaldi menyebut calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) tidak menginginkan pertahanan indonesia disegani. Pasalnya, baru-baru ini Cak Imin menyoroti utang pemerintah soal alat perang padahal Indonesia kini tidak dalam kondisi perang.

Menurut politisi partai Golongan Karya (Golkar) itu, Cak Imin bahkan lupa dengan postur pertahanan RI yang sempat ketinggalan pada awal reformasi. Sejak itu, kata dia, RI mulai memperkuat militer dengan kebijakan Minimum Essensial Force (MEF).

"Sangat disayangkan, beliau mungkin lupa pada periode 1999-2008 Indonesia tidak melakukan modernisasi alutsista, sehingga postur pertahanan menjadi ketinggalan. Baru mulai 2008-2024 program MEF untuk mengembalikan postur pertahanan RI, daya pukul dan seterusnya," kata Bobby saat dikonfirmasi Monitorindonesia.com, Rabu (3/1).

Bobby menyebutkan kebijakan MEF itu bertujuan merealisasikan modernisasi alutsista. Menurut dia, saat ini postur pertahanan RI pun masih belum cukup menghadapi dinamika ketegangan di kawasan.

"Seperti pergantian alutsista yang sudah selesai masa pakainya, antara lain pesawat F5E tiger, kapal laut, tank, dan lain-lain. Dalam memenuhi MEF saja masih belum cukup menghadapi dinamika kawasan atau format perang masa kini, seperti hybrid nonkonvesional atau perang tanpa deklarasi," ujar Ketua DPP Golkar itu.

Bobby lantas menilai Cak Imin tidak menginginkan militer RI kuat dan disegani negara lain. Dia menegaskan ancaman saat ini bukan hanya militer saja tapi juga nonmiliter.

"Ini saya rasa yang akan menjadi pembeda, Cak Imin tidak ingin Indonesia kuat militernya dan tidak mau pertahanan Indonesia disegani. Padahal ancaman perang itu ada militer dan nonmiliter," ujarnya.

Cak Imin sebelumnya melakukan dialog bersama kelompok petani di Soreang, Kabupaten Bandung. Cak Imin merasa heran dengan kondisi negara yang lebih memilih berutang untuk membeli alat perang ketimbang alat pertanian.

"Kita nggak perang, kenapa kebanyakan utang beli alat perang? Lebih baik utang untuk beli alat pertanian. Buat apa kita utang ratusan triliun tapi tidak untuk sesuatu yang nyatanya tak dibutuhkan? Nyatanya kita butuh pangan," kata Cak Imin dalam acara Nitip Gus bersama kelompok petani di Kabupaten Bandung, Rabu (3/1).

Cak Imin lantas bercerita pernah mendatangi salah satu pameran alat perang di benua Eropa. Dia mengatakan alat perang yang ditampilkan dan dihancurkan lalu diganti menjadi alat pertanian.

"Jadi saya pernah suatu hari ke Eropa, di Eropa itu ada pameran, pamerannya itu menarik, pameran alat perang, diganti, dihancurin, jadi alat pertanian,"  tandasnya.