Pengamanan Pemilu, Bamsoet Apresiasi Kesiapan Pangdam IV/Diponegoro dan Pj Gubernur Jateng

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 13 Februari 2024 13:37 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (kemeja cokelat) [Foto: Doc. MPR RI]
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (kemeja cokelat) [Foto: Doc. MPR RI]

Semarang, MI - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama keluarga siap melakukan pencoblosan pada Pemilu 2024, di Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng), Rabu (14/2) besok.  

Bamsoet juga mengapresiasi kesiapan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Tandyo Budi Revita dan jajarannya, dan Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah Komjen Pol (purn) Nana Sudjana, serta jajaran Polda Jawa Tengah, dalam mengamankan Pemilu 2024 agar berjalan tertib, aman, dan damai. 

Dari mulai sejak diselenggarakannya kampanye, masa tenang, pemungutan suara, hingga selesainya rekapitulasi suara.

"Kesiapsiagaan TNI, Polri, serta pemerintah daerah diperlukan bukan hanya dalam mewaspadai dan menangani potensi gangguan keamanan saja," kata Bamsoet usai bertemu Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Tandyo Budi Revita, bersama PJ Gubernur Jawa Tengah Komjen Pol (purn) Nana Sudjana, di Semarang, Selasa (13/2).

"Melainkan juga mewaspadai potensi bencana alam seperti banjir, longsor, dan lainnya, yang bisa saja terjadi menjelang atau bahkan pada saat hari pemungutan suara. Mengingat BMKG telah melaporkan potensi terjadinya hujan dengan intensitas tinggi hingga 15 Februari 2023," tambahnya.

Bamsoet mengatakan, Jawa Tengah memiliki jumlah pemilih mencapai 28,29 juta jiwa, terbesar ketiga setelah DKI Jakarta (35,71 juta jiwa), dan Jawa Timur (31,4 juta jiwa). Para pemilih Jawa Tengah tersebut, tersebar di 117.299 Tempat Pemungutan Suara (TPS).

"Data Bawaslu melaporkan bahwa terdapat tujuh wilayah rawan tinggi di Provinsi Jawa Tengah. Meliputi Kota Semarang, Sukoharjo, Purworejo, Temanggung, Wonosobo, Kabupaten Magelang dan Kendal," ujarnya.

"Sementara 28 wilayah lainnya masuk dalam kategori rawan sedang. TNI dengan sinergitas bersama polri dan pemerintah daerah, pasti bisa mengantisipasi dan mewaspadainya," jelas Bamsoet.

Dalam menjalankan tugas pengamanan, lanjut Bamsoet, para personil jangan sampai mudah terprovokasi. Karena tidak menutup kemungkinan ada pihak-pihak, yang berusaha memancing kerusuhan, dan membuat Indonesia tidak kondusif.

"Selain kerusuhan, TNI juga harus mengantisipasi potensi terjadinya serangan teroris. Masih besarnya potensi terorisme di Indonesia, tidak lepas karena pengaruh masih kuatnya organisasi teroris global seperti Al Qaeda dan ISIS," ungkapnya.

"Ditunjukan dengan masih adanya berbagai serangan teror yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika. Berkaca pada Pemilu 2019 lalu, setidaknya ada 6 aksi serangan teror, peristiwa tersebut tidak boleh terjadi di Pemilu 2024," pungkas Bamsoet.