BTNK Gelar FGD Mengulik Daya Dukung Taman Nasional Komodo

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 12 Februari 2022 12:53 WIB
Labuan Bajo, Monitorindonesia.com - Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) menggelar fokus group discussion (FGD) membahas daya dukung daya tampung (DDDT) terkait kunjungan wisata ke Taman Nasional Komodo (TNK) di Nusa Tenggara Timur (NTT). FGD diselenggarakan secara hybrid (online dan tatap muka) di Hotel Bintang Flores, Labuan Bajo, Jumat (11/2/2022). Kepala BTNK Lukita Awang Nistyantara mengatakan Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai Situs Warisan Dunia dan Destinasi Ekowisata Kebanggaan Nasional perlu dijaga bersama dengan konsep pengelolaan yang mengedepankan konservasi dan berkelanjutan. Dikatakannya TNK merupakan habitat bagi binatang komodo beserta satwa lainnya dan tumbuhan-tumbuhan yang saja memiliki siklus kehidupan yang saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Dia menambahkan, TNK sebagai Cagar Biosfer Komodo memiliki perpaduan antara keunikan biodiversitas dengan sosial budaya masyarakat. Legenda dan mitos lahir di kalangan masyarakat setempat oleh karena adanya simbiosis dan harmonisasi antara manusia dengan satwa liar yang hidup berdampingan. TNK membentang tinggi hingga ke wilayah pegunungan di Pulau Komodo dan menjulang dalam hingga ke beberapa titik perairan dalam berwarna biru kegelapan. Ekosistemnya unik dan mendapatkan perhatian masyarakat dunia oleh karenanya. "Taman Nasional Komodo merupakan destinasi wisata alam kekinian. Maka Bapak dan Ibu jangan heran jika keinginan para pelajar Indonesia dan luar negeri untuk dapat belajar langsung di laboratorium alam ini semakin tinggi setiap tahunnya," jelas Lukita Awang Ia juga menyampaikan bahwa mengelola TNK tidaklah mudah. Sangat kompleks. Banyak faktor dan hal yang perlu menjadi pertimbangan seksama agar produksi kebijakan tepat sasaran. Tidak hanya untuk pengelolaan, namun juga konstruktif bagi biodiversitas dan sosial masyarakat di dalam dan sekitarnya. "Oleh karena itu, segala bentuk kajian ilmiah harus dilakukan dengan sangat hati hati dan dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya," ujarnya Kajian DDDT berbasis jasa ekosistem ini merupakan kajian yang dinantikan sejak lama. Menurut dia, informasinya dapat gunakan untuk menentukan kebijakan pengelolaan lebih tepat sasaran dan berbasiskan data ilmiah. Ia berharap peserta FGD dapat memberikan masukan konstruktif untuk menyempurnakan kajian mendukung pengelolaan kawasan TNK lebih positif ke depannya. "Saya juga berharap ini bukan FGD pertama dan terakhir, namun menjadi pertemuan pembuka untuk FGD berikutnya hingga dokumen kajian dapat terselesaikan secara sempurna," harap Lukita Awang Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Mabar, Martinus Ban dan Asisten Administrasi Umum Setda Manggarai Barat Ismail Surdi. Kemudian perwakilan Polres Mabar, Dirut BPOLBF Shana Fatina, Kepala PKH Mabar, Dirut PT Flobamor, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Mabar. (Richard Bon)