Stok Nikel RI Sekarat

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 26 Oktober 2023 21:17 WIB
Industri Peleburan Nikel Indonesia (Foto : Reuters )
Industri Peleburan Nikel Indonesia (Foto : Reuters )

Jakarta, MI - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa mereka berencana untuk menghentikan atau moratorium pembangunan smelter nikel baru. Hal ini disebabkan oleh cadangan bijih nikel Indonesia yang semakin menipis dibandingkan dengan jumlah proyek smelter baru yang semakin banyak.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa dia masih berbicara dengan Menteri Perindustrian tentang pembatasan smelter nikel kelas dua yang menghasilkan produk feronikel (FeNi) dan nikel sapi hitam (NPI). Hal ini diperlukan karena izin smelter hanya dapat diberikan melalui Izin Usaha Industri (IUI) yang dimiliki oleh Kementerian Perindustrian.

Selain itu, Arfin berharap program hilirisasi nikel mencakup produk hilirisasi yang membawa industrialisasi, bukan hanya produk setengah jadi.

"Pokoknya semua yang produk-produk yang sampai di situ ya kita arahkan supaya ke depannya diterusin sampai hilirnya," ujar Arifin kepada Wartawan di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (26/10).

Sebelum ini, Kementerian ESDM telah memberi tahu publik tentang cadangan nikel Indonesia yang semakin menipis. Cadangan nikel Indonesia mungkin habis dalam 6-11 tahun lagi. Sebenarnya, peningkatan jumlah smelter yang dibangun di Indonesia berkontribusi pada penurunan cadangan nikel negara tersebut.

Tercatat ada 44 smelter yang digunakan untuk memproses nikel kadar tinggi melalui proses pirometalurgi, dan 3 smelter yang digunakan untuk memproses nikel kadar rendah melalui proses hidrometalurgi.

Smelter saat ini membutuhkan 210 juta ton bijih nikel untuk saprolite (bijih nikel kadar tinggi) dan 23,5 juta ton bijih nikel kadar rendah untuk hidrometalurgi yang menghasilkan komponen baterai.(Ran)