Nikel Indonesia Dituding Bikin Rontok Raksasa Tambang, Kementerian ESDM Bisa Apa?

Tim Redaksi
Tim Redaksi
Diperbarui 18 Februari 2024 07:00 WIB
Kementerian ESDM (Foto: MI/Aswan)
Kementerian ESDM (Foto: MI/Aswan)

Jakarta, MI - Nikel Indonesia yang membanjiri pasar global diklaim sebagai penyebab penurunan harga. Dampak dari situasi ini juga disebutkan memengaruhi perusahaan tambang nikel global.

Menanggapi hal ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, menyatakan bahwa belum dapat dipastikan apakah nikel Indonesia benar-benar menjadi pemicu penurunan harga.

"Dengan demikian, kita akan mengevaluasi apakah nikel Indonesia benar-benar menjadi penyebabnya," ujar Arifin di Gedung Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian ESDM, Jakarta Selatan, dikutip pada Minggu (18/2).

Arifin mengatakan bahwa penurunan harga nikel dan tekanan yang dialami oleh perusahaan tambang bisa disebabkan oleh beragam faktor. Walaupun begitu, Arifin mendorong pelaku industri untuk melakukan diversifikasi dan pengembangan lebih lanjut pada sektor hilirisasi industri.

"Banyak faktornya dari sini kita memberikan imbauan sama industri supaya melihat tren ini, kalau nggak mereka akan kejeblos. Hilirisasi lebih jauh ya kan," katanya.

Sebagaimana diberitakan bahwa, perusahaan perdagangan komoditas dan pertambangan multinasional terbesar, Glencore akan menjual sahamnya di Koniambo Nickel SAS (KNS) di Kaledonia Baru. Produksi di pabrik pengolahan KNS akan dihentikan selama enam bulan sembari mencari investor baru untuk mengatasi bisnis yang merugi tersebut.

Prancis telah melakukan negosiasi untuk menyelamatkan industri nikel di Kaledonia Baru. Prancis pekan lalu mengatakan bahwa pihaknya telah menawarkan dukungan negara kepada KNS sekitar 200 juta euro.

"Bahkan dengan usulan bantuan pemerintah Prancis, biaya operasional yang tinggi dan kondisi pasar nikel yang sangat lemah saat ini membuat operasi KNS tetap tidak menguntungkan," kata Glencore dalam pernyataan dikutip dari Reuters, Selasa (13/2).

KNS adalah hasil kerja sama antara Glencore dan Societe Miniere du Sud Pacifique SA (SMSP), yang dikelola oleh Kaledonia Baru.

Tantangan yang dihadapi, seperti biaya yang tinggi, ketegangan politik di negara tersebut, dan persaingan dari Indonesia, telah membawa tiga pabrik pengolahan di wilayah Prancis berada di ambang kehancuran.