Tutup 5 Pabrik, Karyawan Kimia Farma Terancam PHK

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 19 Juli 2024 7 jam yang lalu
Kimia Farma [Foto: Repro]
Kimia Farma [Foto: Repro]

Jakarta, MI - PT Kimia Farma (Persero) Tbk atau KAEF bakal menutup lima pabrik obat. Penutupan pabrik obat ini, akan memicu potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, Kimia Farma tetap mengedepankan win-win solution. Saat ini manajemen masih mengkaji win-win solution, bagi karyawan.

“Lagi disusun (win-win solution) sama temen-temen di manajemen Kimia Farma, kan ada konsekuensi dari penutupan pabrik kan, pasti ada hal-hal yang berbaur sama karyawan juga,” kata Arya di gedung Kementerian BUMN, Kamis (18/7/2024).

Lantaran masih dalam tahap kajian, kata dia, Arya belum dapat membeberkan lebih jauh, perihal skema win-win solution yang dimaksud.

Dia menyebut, aksi penutupan lima pabrik untuk menekan biaya operasional, efisiensi bisnis, dan meningkatkan utilitas. Selain itu, lima pabrik dinilai under capacity, sehingga tidak maksimal beroperasi.

“Kan kita tahu juga ini adalah pabrik lama ya, sudah lama, gak efisien, harusnya cuman lima, ya ada sepuluh ya,” ujarnya.

Menurutnya, lima pabrik milik anggota Holding BUMN Farmasi memang under capacity atau sejak awal. Sehingga operasionalnya tidak cukup maksimal. Soal ini Arya enggan menjelaskan lebih rinci pabrik mana saja yang bakal ditutup.

“Sejak awal dia juga memang gak pernah ini, selalu under capacity, jadi memang seharusnya gak perlu bangun pabrik sebanyak itu, dibangun sebanyak itu,” jelasnya.

KAEF memiliki sepuluh pabrik obat di beberapa wilayah, seperti Pabrik Sinkona (Subang), Pabrik Jakarta, Pabrik Banjaran (Bandung), pabrik Marin Liza (Bandung).

Lalu, pabrik Lucas Djaja (Bandung), Pabrik Sungwun (Cikarang), Pabrik Phapros (Semarang), Pabrik Watudakon (Jombang), dan dua pabrik lainnya yang berlokasi di Semarang dan Bali.

“Aku gak tahu (lima pabrik yang ditutup),” tandasnya.