Airlangga Bocorkan Perkembangan Tebaru Perundingan IEU-CEPA

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 7 Juni 2025 18:33 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto (Foto: Repro)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto (Foto: Repro)

Jakarta, MI - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengumumkan perkembangan perundingan antara Indonesia dan Uni Eropa (IEU-CEPA). 

Dalam konferensi pers daring di Jakarta Sabtu (7/6/2025), Airlangga menyatakan bahwa teks utama perundingan telah rampung.

“Kami ada pertemuan bilateral dengan EU (European Union) Commissioner for Trade and Economic Security, Maroš Šefčovič, dengan agenda utama finalisasi Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement. Status adalah teks perundingan telah selesai dan sejumlah isu teknis yang kemarin mampu diselesaikan dalam putaran terakhir di tingkat chief negotiation,” tuturnya.

Perundingan yang telah berlangsung lebih dari satu dekade ini kian mendekati garis akhir. Pertemuan ini mencerminkan komitmen yang kuat untuk menuntaskan perundingan dengan mitra-mitra strategis dan potensial, dengan tujuan memperluas akses pasar.

Kemudian bertujuan untuk mendorong peningkatan perdagangan maupun investasi yang saling menguntungkan, serta mengurangi trade barrier dalam bentuk tarif maupun non-tariff barrier.

Indonesia dan Uni Eropa (UE) dinyatakan sepakat menggunakan momentum situasi yang saat ini penuh ketidakpastian dan tidak bisa diprediksi untuk sama-sama memperkuat rantai pasok pasar dunia, sehingga percepatan penyelesaian dari perundingan IEU-CEPA menjadi sangat penting. 

Komoditas utama yang diperdagangkan antara Indonesia dan Uni Eropa bersifat saling melengkapi atau komplementer, sehingga tidak menimbulkan persaingan langsung di pasar.

Airlangga menyoroti potensi besar kerja sama ini dengan melihat besarnya populasi Uni Eropa yang mencapai 450 juta jiwa dengan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 19,5 triliun dolar AS, serta jumlah warga di Indonesia sebanyak 282 juta jiwa dengan PDB 1,4 triliun dolar AS merupakan potensi pasar yang sangat besar.

Hubungan ekonomi Indonesia dan UE terus menunjukkan tren positif dengan nilai perdagangan mencapai 30,1 miliar dolar AS pada tahun 2024. 

UE merupakan mitra dagang terbesar kelima bagi Indonesia, sementara Indonesia menempati posisi sebagai mitra dagang ke-33 bagi Uni Eropa.

Neraca perdagangan antara kedua pihak tetap surplus bagi Indonesia, dengan peningkatan signifikan dari 2,5 miliar dolar AS pada 2023 menjadi 4,5 miliar dolar AS pada 2024.

“Komisioner Maroš dan saya telah melakukan review akhir atas perkembangan perundingan dan sepakat atas langkah strategis untuk menyelesaikan beberapa isu teknis ataupun pending issues,”ungkapnya.

Airlangga turut menyampaikan, hasil perundingan yang telah berlangsung selama 9 tahun dan melalui 19 putaran, belum termasuk chief negotiation per pekan secara intens, akan segera disampaikan kepada Presiden RI Prabowo Subianto dan Maroš kepada Presiden EU Ursula von der Leyen .

Ia menambahkan, setelah perundingan berlaku ini dalam 1-2 tahun ke depan, lanjutnya, hampir 80 persen barang yang diekspor dari Indonesia itu memiliki tarif bea masuknya 0 persen.

Pada pertemuan tersebut, Maroš dikatakan mengapresiasi atas komitmen kuat dari Indonesia untuk menyelesaikan perundingan UE yang juga telah sepakat di berbagai sektor utama. 

Mulai dari energi terbarukan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik, produk yang dihasilkan oleh padat karya seperti alas kaki pakaian, minyak sawit, hingga produk-produk perikanan.

UE memfokuskan pada beberapa isu, termasuk pembahasan mendalam mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), sektor otomotif, mineral kritis, serta fasilitas-fasilitas yang dapat diperoleh pada saat melakukan investasi

“Komisioner Maros tentu memberikan beberapa catatan yang sudah dijadikan kesepakatan bersama dan secara prinsip kesepakatan ini sudah menjadi hal yang kedua belah pihak telah menyetujui,” terang Airlangga. 

Ia juga mengapresiasi atas kesepakatan perdagangan dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Kesepakatan ini dianggap bernilai tinggi karena memberikan keuntungan bagi pelaku usaha di Indonesia maupun Eropa, hingga mengurangi risiko terhadap standar-standar yang diberlakukan ke depan.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia menekankan pentingnya perlakuan yang setara dalam ekspor produk perikanan, tanpa ada perbedaan dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand dan Filipina. 

Pihak Uni Eropa pun menyetujui bahwa produksi dan ekspor perikanan Indonesia akan dibedakan level playing field dengan negara-negara sekitar Tanah Air.

“Terkait dengan kebijakan (mengenai) deforestasi, Komisioner Maros menjanjikan akan memberikan perlakuan khusus kepada Indonesia dan tentunya ini sangat berpengaruh terhadap ekspor dalam Indonesia, yaitu terutamanya produk-produk yang berasal dari hasil hutan,” pungkasnya.

Topik:

ieu-cepa perundingan-ieu-cepa uni-eropa