Anwar Ibrahim Ditunjuk Jadi Perdana Menteri Malaysia Gantikan Ismail Sabri, Ini Profilnya

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 24 November 2022 15:20 WIB
Jakarta, MI - Ketua Partai Pakatan Harapan (PH) Anwar Ibrahim akhirnya dipastiakn menjadi Perdana Menteri Malaysia ke-10 setelah melalui sebuah krisis politik yang rumit usai pemilihan umum pada Sabtu lalu. Istana Negara dalam sebuah pernyataan hari ini mengumumkan bahwa pria berusia 75 tahun itu akan dilantik pada pukul 17:00 pada hari ini, Kamis (24/11). Keputusan itu diambil setelah Raja Malaysia Yang Dipertuan Agong berunding dengan para raja-raja di seluruh negara bagian. "Yang Mulia juga ingin memberi tahu perdana menteri dan pemerintahan baru yang akan dibentuk agar menunjukkan kerendahan hati dan kebijaksanaan," menurut pernyataan itu seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (24/11). Faktanya adalah rakyat biasa tidak boleh dibebani dengan gejolak politik tanpa akhir ketika negara membutuhkan pemerintahan yang stabil untuk meningkatkan kinerja ekonomi dan pembangunan negara, menurut pernyataan itu. ”Pernyataan Istana juga mengingatkan kepada anggota DPR terpilih untuk menunjukkan komitmen yang tinggi serta memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat," menurut pernyata itu. Raja juga mengingatkan semua orang bahwa mereka yang menang tidak memenangkan segalanya dan mereka yang kalah tidak kehilangan segalanya. Keputusan itu diambil setelah pertemuan khusus di antara para penguasa tentang kebuntuan politik pada Kamis pagi dan raja menyatakan bahwa dia ingin meminta pandangan dari para penguasa Melayu lainnya. Setelah Pemilihan Umum ke-15 (GE15) Sabtu lalu yang tidak menghasilkan koalisi yang dapat memimpin mayoritas sederhana di Majelis Rendah dengan 222 kursi, PH dan Perikatan Nasional (PN) berebut untuk mengumpulkan dukungan dari Barisan Nasional (BN), Gabungan Parti Sarawak (GPS ) dan Gabungan Rakyat Sabah (GRS). PH memenangkan 81 kursi sementara PN mendapatkan 73 kursi sehingga menempatkan keduanya dalam posisi untuk membentuk pemerintahan berikutnya. Sedangkan sebuah koalisi perlu didukung oleh setidaknya 112 anggota parlemen untuk membentuk pemerintahan berikutnya. BN yang berada jauh di urutan ketiga berhasil merebut 30 kursi. GPS meraih 23 kursi sementara GRS meraih enam kursi. Setelah Raja memanggil Anwar dan Muhyiddin pada Selasa sore untuk menyelesaikan kebuntuan, pemimpin PH mengatakan kepada wartawan bahwa penguasa belum membuat keputusan. Profil Anwar Ibrahim Anwar mengukir namanya sebagai aktivis mahasiswa di berbagai kelompok pemuda Muslim di Kuala Lumpur pada akhir 1960-an, ketika negara itu terhuyung-huyung dari pemberontakan Komunis yang berlarut-larut dalam apa yang disebut Darurat Malaya. Ditangkap pada tahun 1974 dalam protes mahasiswa terhadap kemiskinan pedesaan, Anwar dijatuhi hukuman 20 bulan penjara. Terlepas dari reputasinya yang berapi-api, pria kelahiran Bukit Mertajam, 1947 itu kemudian membingungkan para pendukung liberal pada tahun 1982 dengan bergabung dengan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) konservatif yang dipimpin oleh Mahathir Mohamad. Politisi yang dibebaskan itu adalah pewaris perdana menteri Mahathir hingga 1998 sebelum dia dipecat dan didakwa atas korupsi dan sodomi. Dia dinyatakan bersalah pada tahun berikutnya dan keputusan itu menyebabkan demonstrasi jalanan massal. Hukuman sodomi dibatalkan, tetapi vonis korupsi tidak pernah dicabut sehingga melarang dia mencalonkan diri untuk jabatan politik sampai satu dekade kemudian. Pada tahun 2008, setelah larangan partisipasi politiknya dicabut, dia kembali dikenai tuduhan sodomi. Menyusul banding atas pembebasan dakwaan tersebut, dia dihukum lagi dan dipenjara pada tahun 2015. Kelompok hak asasi manusia sangat kritis ketika hukuman ditegakkan dan menyebut hukuman itu bermotivasi politik meskipun klaim yang ditolak pemerintah. Anwar dibebaskan tiga tahun kemudian dan segera bergabung dengan mantan lawan politik Mahathir untuk menggulingkan partai Barisan Nasional yang berkuasa untuk pertama kalinya dalam sejarah Malaysia. Akan tetapi keberhasilan itu berumur pendek dan koalisi tersebut runtuh setelah kurang dari dua tahun berkuasa. Kini pria yang berusia 75 tahun itu akan memimpin Malaysia sebagai perdana menteri ke-10 setelah mengalami berbagai dinamika politik yang tidak henti merundungnya.