Paus Fransiskus Ingatkan Bencana Mengintai Umat Manusia

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 24 Oktober 2023 00:05 WIB
Paus Fransiskus berbicara selama wawancara eksklusif dengan Reuters, di Vatikan ( Foto : Reuters )
Paus Fransiskus berbicara selama wawancara eksklusif dengan Reuters, di Vatikan ( Foto : Reuters )

Jakarta, MI - Paus Fransiskus memberikan peringatan keras tentang konsekuensi dari perubahan iklim. "Meskipun ada upaya untuk menyangkal, menyembunyikan, mengabaikan atau merelatifkan masalah ini, tanda-tanda perubahan iklim masih ada dan semakin jelas," kata Paus dalam surat yang disebut Laudate Deum, atau Puji Tuhan.

Pemimpin agama Katolik mengatakan bahwa tidak seorang pun dapat mengabaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir manusia telah menyaksikan fenomena cuaca ekstrem; panas yang tidak biasa, kekeringan, dan seruan protes lainnya telah terjadi di seluruh dunia.

Bagian awal surat ini berusaha mengontekstualisasikan situasi di tahun 2023, yang menandai perubahan sejak ensiklik 'Laudato si' yang diterbitkan pada tahun 2015.

Paus Fransiskus menekankan dampak perubahan iklim terhadap kehidupan manusia. Ia juga menyadari bahwa solusi dan tanggapan masyarakat belum memadai sementara dunia yang dihuni sedang runtuh dan mungkin segera mencapai puncaknya.

Paus Fransiskus juga berbicara tentang KTT perubahan iklim COP28 yang akan berlangsung di Uni Emirat Arab pada akhir November.

Surat tersebut menggambarkan Uni Emirat Arab sebagai negara Teluk Persia yang terkenal sebagai pengekspor bahan bakar fosil yang besar, meskipun negara tersebut telah melakukan investasi besar dalam sumber energi terbarukan.

Selain itu, laporan tersebut menyatakan bahwa perusahaan gas dan minyak terus "merencanakan proyek baru di sana, dengan tujuan untuk lebih meningkatkan produksi mereka."

UEA sebelumnya telah dikritik karena menjadi presiden COP28, karena negara tersebut adalah produsen utama bahan bakar fosil.

Menurut Paus, konferensi tersebut akan menghasilkan "kepentingan yang mengikat" dan peserta akan menjadi "ahli strategi yang mampu mempertimbangkan kebaikan bersama dan masa depan anak-anak mereka, lebih dari kepentingan jangka pendek negara atau bisnis tertentu."

Selain itu, dia berpendapat bahwa tindakan yang berisiko dianggap sebagai taktik untuk mengalihkan perhatian dan transisi menuju sumber energi ramah lingkungan dan penghapusan bahan bakar fosil tidak berjalan dengan cepat. (Ran)

Topik:

paus bencana iklim